Tips Setting Moving Average Yang Tepat Untuk Trading Forex
Moving Average termasuk salah satu indikator teknikal favorit untuk trading forex, karena mudah digunakan dan bisa ditemukan pada semua platform trading. Namun, trader pemula seringkali kebingungan bagaimana cara menentukan setting Moving Average yang tepat dan akurat. Apakah lebih baik menggunakan Simple Moving Average (SMA) atau Exponential Moving Average (EMA)? berapa period yang ideal? Kenapa setting Moving Average yang sudah ditentukan malah gagal terus? Artikel ini akan mengupas beberapa tips bagus bagi Anda untuk menentukan setting Moving Average yang tepat.
Pilih SMA atau EMA?
Sebenarnya, pilihan SMA atau EMA tergantung pada strategi Anda sendiri. Namun, Anda juga dapat mempertimbangkan karakteristik SMA dan EMA sebagai acuan. Diantara kedua Moving Average ini, reaksi SMA atas perubahan harga lebih lambat (lagging), sehingga sinyal trading bisa jadi terlambat muncul. Di sisi lain, EMA bisa merespon perubahan dengan lebih cepat, tetapi lebih rentan muncul sinyal palsu (fake signal).
Baca juga : Tutorial Trading Menggunakan Moving Average
Berdasarkan karakteristik tersebut, trader jangka pendek (Scalper dan Day Trader) cenderung menggunakan Exponential Moving Average (EMA) karena membutuhkan sinyal yang bisa dieksekusi secepatnya. Namun, trader jangka panjang (Swing Trader) biasanya memilih Simple Moving Average (SMA) karena risiko keterlambatan sinyal lebih kecil.
Berapa Period Setting Moving Average yang Tepat?
Di kalangan trader profesional, ada tiga setting Moving Average yang dianggap punya akurasi tinggi: MA-50 Day, MA-100 Day, dan MA-200 Day. Bahkan, khusus untuk SMA-200, bukan hanya trader bermodal kecil saja yang mengamatinya, melainkan juga trader-trader besar dari bank-bank investasi kelas dunia. Jadi, meskipun Anda tak menggunakan Moving Average sebagai indikator utama untuk trading, sebaiknya tetap memantau SMA-200 di timeframe harian sebagai filter trend jangka panjang, karena breakout atau bounce dari garis ini bisa jadi sangat signifikan.
Apabila Anda ingin trading menggunakan MA Crossover (perlintasan antara dua garis Moving Average atau lebih), maka dapat mempertimbangkan hitungan MA berdasarkan hari trading. Misalnya MA-5 (sepekan), MA-20 (sebulan), dan MA-60 (3 bulan). Anda juga bisa mempertimbangkan kombinasi-kombinasi populer MA-20 dan MA-50, MA-20 dan MA-100, MA-20 dan MA-200, serta MA-50 dan MA-200. Yang penting dan perlu diperhatikan: semakin pendek period, maka makin rendah timeframe aplikasinya, dan makin banyak pula sinyal trading yang akan diperoleh.
Mengapa Setting Moving Average Gagal Menghasilkan Profit?
Banyak trader pemula melakukan trading forex hanya menggunakan Moving Average saja. Apabila gagal, maka disangkanya setting Moving Average yang salah, sehingga membuang waktu dengan mencoba bermacam-macam kombinasi period. Padahal, meskipun setting Moving Average sudah tepat, tetapi itu tidaklah menjadi sinyal yang dihasilkan pasti akurat.
Faktanya, Moving Average merupakan salah satu indikator dengan reliabilitas paling rendah pada timeframe jangka pendek. Reliabilitasnya bagus di jangka panjang, misalnya pada kombinasi setting SMA-50 Day dan SMA-200 Day, tetapi sinyal yang dihasilkan akan sangat sedikit. Oleh karenanya, trader profesional umumnya tak hanya mempercayakan sinyal trading pada setting Moving Average yang tepat saja, melainkan melengkapinya dengan indikator teknikal lain, seperti Relative Strength Index (RSI) atau Stochastic.
Baca juga : Mengenal Strategi Forex Moving Average Teknik Chariot
Demikianlah sejumlah tips untuk membantu Anda menentukan setting Moving Average yang tepat dan sesuai dengan strategi trading Anda. Apabila Anda masih ragu dan belum mampu menentukan setting Moving Average mana untuk digunakan, cobalah dulu beberapa kombinasi pada akun demo forex dan hitung bagaimana akurasinya. Jangan lupa untuk mencari indikator teknikal lain sebagai pelengkap Moving Average.