Pengertian IPO: Tujuan, Proses, dan Peran Underwriter IPO
Apa itu IPO? IPO adalah kependekan dari Initial Public Offering, yaitu proses penawaran saham sebuah perusahaan kepada publik untuk pertama kalinya (go public). IPO memungkinkan perusahaan untuk meraup modal tambahan dari investor publik, sekaligus memberi peluang bagi investor kebanyakan untuk ikut memiliki andil dan mendapatkan keuntungan dari perusahaan tersebut di masa depan.
Istilah IPO memiliki sejarah yang panjang. Dutch East India Company (VOC), perusahaan Belanda yang menduduki Indonesia, merupakan perusahaan modern pertama yang melakukan IPO pada bulan Maret 1602. Sejak saat itu, IPO menjadi salah satu strategi menghimpun modal favorit bagi berbagai perusahaan.
Biasanya, sebuah perusahaan yang merencanakan IPO akan memilih underwriter (penjamin emisi). Mereka juga akan memilih akan IPO di bursa efek mana. Umpama sebuah perusahaan memilih untuk IPO di Bursa Efek Indonesia (IDX), maka saham-sahamnya kelak hanya akan dapat diperdagangkan di IDX saja. Demikian pula jika sebuah perusahaan memilih untuk IPO di bursa New York dan Frankfurt, maka saham-sahamnya akan dapat diperdagangkan di kedua bursa tersebut.
Tujuan IPO
Sebelum melaksanakan IPO, sebuah perusahaan dianggap milik privat (PT tertutup). Perusahaan itu sudah memiliki sejumlah pemilik saham, bisa jadi keluarga dekat atau para pendiri bisnis beserta angel investor atau pemodal eksternal. Seiring bertumbuhnya aktivitas bisnis, perusahaan akan mencapai suatu titik di mana mereka telah mencapai valuasi pasar yang cukup tinggi (contohnya perusahaan startup berstatus unicorn) dan membutuhkan tambahan dana segar untuk berekspansi.
Dalam proses IPO, perusahaan membutuhkan underwriter. Apa itu underwriter? Underwriter (penjamin emisi) adalah bank investasi, bank komersial, atau perusahaan pialang yang bekerja dengan emiten untuk menjual emisi baru. Underwriter akan mengevaluasi nilai perusahaan dan menentukan berapa nilai saham yang akan dijual.
Saham-saham yang dimiliki oleh pemilik sebelumnya akan ikut diperhitungkan dan dikonversi agar dapat diperdagangkan secara publik. Para pemilik saham itu bisa mempertahankannya, ataupun menjualnya kepada publik untuk mencairkan keuntungan investasi mereka.
IPO merupakan suatu langkah penting bagi sebuah perusahaan. Di satu sisi, IPO memungkinkan perusahaan untuk menghimpun modal tambahan agar dapat berkembang lebih pesat lagi. Di sisi lain, IPO mengharuskan perusahaan untuk beraktivitas dengan transparansi dan kredibilitas yang lebih baik. Pasca IPO, perusahaan harus mempublikasikan laporan keuangan dan aksi korporasi secara terbuka.
Intinya, tujuan IPO adalah menghimpun dana publik. Dana tersebut dapat dijadikan modal untuk ekspansi perusahaan, sekaligus realisasi keuntungan bagi para founder. Di sisi lain, IPO menawarkan prestise khusus bagi perusahaan serta menciptakan image publik yang lebih bergengsi.
Baca juga: Pengertian Investasi dan Cara Mengetahui Legalitasnya
Proses IPO
Proses IPO terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, fase pra-penawaran. Tahap kedua, IPO itu sendiri. Ketika sebuah perusahaan berniat untuk IPO, mereka akan merekrut underwriter sekaligus mengumumkan rencananya kepada publik. Perusahaan dapat memilih satu Underwriter atau lebih untuk berkolaborasi memandu proses keseluruhan, mulai dari penyusunan prospektus dan dokumen lain hingga mendaftaran ke bursa dan penerbitan saham.
Langkah-langkah IPO dapat dirangkum sebagai berikut:
- Para underwriter menyajikan proposal dan valuasi yang membahas tipe efek yang akan dikeluarkan, harga penawaran, jumlah saham, dan estimasi kerangka waktu penawaran pasar.
- Perusahaan memilih underwriter dan menyetujui proposal secara formal. Selanjutnya mereka akan membentuk tim IPO yang akan mengoordinasi juga pengacara, akuntan, otoritas pasar modal, dan fungsi-fungsi lain yang diperlukan.
- Tim merangkum beragam informasi terkait perusahaan untuk melengkapi dokumentasi yang diperlukan untuk IPO. Tim juga membuat bahan-bahan yang diperlukan untuk pra-penawaran saham baru terkait.
- Perusahaan membentuk dewan direksi serta menata manajemen untuk menjamin transparansi laporan keuangan.
- Perusahaan merilis saham-nya pada tanggal IPO. Investor publik dapat memperoleh saham yang telah dipesannnya dan dapat mulai memperdagangkannya di bursa. Sementara itu, perusahaan akan menyesuaikan neraca dan melaksanakan sejumlah provisi pasca-IPO.
Proses IPO ini cukup mahal. Perusahaan bukan hanya perlu mengeluarkan beragam biaya untuk underwriting dan penawaran saham perdana, melainkan juga mengalokasikan anggaran khusus untuk mendisiplinkan catatan keuangan perusahaan dan menstabilkan harga saham (jika diperlukan). Perusahaan pun bakal diminta untuk menjalankan keterbukaan informasi, sehingga menjadi lebih sulit untuk menyembunyikan metode bisnis atau rahasia perusahaan dari kompetitor.
Terlepas dari itu, banyak perusahaan menargetkan IPO karena memang potensi penghimpunan dananya sangat besar dan memberikan prestise khusus. Para investor saham sengaja menantikan saham-saham IPO karena berharap dapat membeli saham top sejak awal. Harga saham setelah IPO belum tentu meningkat (bahkan sebagian diantaranya bisa jadi merosot), tetapi peluang profit dari saham-saham IPO yang memiliki latar belakang bisnis bagus itu tetap tinggi.