Indonesia Berusaha Menyimpulkan Negosiasi Perdagangan dengan UE Tahun Depan Demi Mendukung Pemulihan
Indonesia Berusaha Menyimpulkan Negosiasi Perdagangan dengan UE Tahun Depan Demi Mendukung Pemulihan.

Indonesia berharap untuk menyimpulkan negosiasi bagi persetujuan trade dengan Uni Eropa tahun depan untuk mendukung pemulihan ekonomi negara setelah pandemi, tapi kebijakan pada minyak kelapa sawit tetap menjadi poin utama yang melekat.
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Konprehensif Indonesia - EU (IEU-CEPA), negosiasi perdagangan bilateral terbesar Indonesia saat ini, yang diharapkan mempercepat perdagangan, investasi dan pariwisata bagi negara, kata Rizal Affandi Lukman, wakil Menteri kerjasama ekonomi internasional di Kantor Kementerian Ekonomi Koodinasi.
“Dua ekonomi kita itu saling melengkapi satu sama lain,” kata Rizal dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang Bisnis Eropa (EuroCham) di Indonesia pada hari selasa.
EU merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat dengan nilai perdagangan bilateral US$26.9 milyar pada tahun 2019.
Setelah Sembilan putaran negosiasi sejak tahun 2016, Indonesia dan EU seharusnya menyelenggarakan putaran ke-10 pada bulan Maret. Namun, dengan mobilitas yang membatasi pandemi, kedua kubu memilih untuk menyelenggarakan pertemuan intersesi virtual dari tanggal 15 Juni sampai 26 Juni. Indonesia pada awalnya berencana untuk mengesahkan pakta tahun ini.
“Dengan sifat komplementer [dan] kepentingan bersama, semoga kita dapat menyimpulkannya tahun depan untuk memberikan kesempatan kepada Indonesia dan EU,” Rizal menambahkan.
Dengan pandemi yang mengganggu rantai pasokan dan menghentikan kegiatan bisnis, perdagangan Indonesia melambat setelah merebaknya COVID-19 pada bulan Maret. Ekspor menurun 5.49 persen dari tahun ke tahun (yoy) pada pertengahan tahun pertama menjadi $76.41 milyar, sedangkan impor turun 14.28 persen dari tahun ke tahun, data Statistik Indonesia (BPS) menunjukkan.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke UE turun 12.50 persen dari tahun ke tahun menjadi $6.4 milyar di pertengahan pertama 2020. Impor negara dari blok turun 7.09 persen menjadi $5 milyar lebih di periode yang sama.
Baca juga: Apa yang Diharapkan pada Pasar Minggu Ini
Melambung
Ekspor gas dan non-minyak Indonesia, diimpor dari Uni Eropa (dalam milyar Dolar AS)
Penurunan yang disebabkan pandemi telah mengambil bea pada Produk Domestik Bruto (PDB), yang dikeluarkan hanya 2.97 persen dari tahun ke tahun pada kuartal pertama, menandai penurunan signifikan dari pertumbuhan tipikal sekitar 5 persen dalam beberapa tahu terakhir.
Negosiasi perdagangan telah menghadapi tantangan lebih minyak kelapa sawit, dengan sebuah dokumen yang dibocorkan tahun lalu mengungkapkan rencana dari Parlemen Eropa untuk menkecualikan biofuel dan bioliquid yang terbuat dari minyak kelapa sawit, tapi bukan minyak nabati lain, dari ruang lingkup Direktif Energi Terbarukan II (RED). Rencana itu meresahkan Indonesia, negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Komisi Eropa, badan Eksekutif UE, mengkategorikan minyak kelapa sawit sebagai produk yang tidak berkelanjutan dan telah merencanakan untuk menghentikan penggunaan biofuel pada tahun 2030.
Indonesia mengajukan suatu kasus kepada Organisasi Pedagangan Dunia (WTO) menentang kebijakan minyak kelapa sawit blok pada bulan Desembe 2019.
Sehubungan dengan teks perdagangan dan pembangunan berkelanjutan pada IEU-CEPA, Komisi Eropa melaporkan pada negosiasi putaran ke 9 menyatakan bahwa “konseptual penting tetap berbeda” diantara kedua kubu, dan Indonesia “telah merencanakan untuk mengajukan proposal tambahan mengenai minyak nabati.”
Selain regulasi baru mengenai perdagangan, bisnis dari blok yang mengharapkan IEU-CEPA untuk membawa “seperangkat aturan yang jelas” yang dapat mengurangi beban adminstratis investasi kata Wichard von Harrach, wakil ketua EuroCham Indonesia.
Dalam kertas posisi 2020nya, sebagai contoh, chamber menyarankan bahwa Indonesia melonggarkan daftar investasi negatifnya, terutama untuk bisnis holtikultura. Daftar tersebut saat ini menutup pembagian kepemilikan asing pada industri holtikultura sebanyak 30 persen.
Baca juga: Minggu Depan: Pendapatan Bank Bersaing dengan COVID-19 untuk Menarik Perhatian Trader
“Di waktu aturan ini, investasi akan dipertimbangkan beberapa kali dari aspek-aspek yang berbeda, dan seperti, kami mencari yang berkelanjutan, tahan lama, lahan permainan investasi integratif,” kata von Harrach.
Pada tahun 2019, Indonesia menjadwalkan kenaikan tahunan dari 60.8 persen menjadi $3.7 milyar dalam arus masuk modal asing dari UE, membuatnya menjadi sumber investasi asing langsung terbesar keempat.
Sumber: thejakartapost.com