Hutang Luar Negeri Indonesia Meningkat pada Bulan April karena Pemerintah Menerbitkan Obligasi Global, Surat Hutang
Hutang Luar Negeri Indonesia Meningkat pada Bulan April karena Pemerintah Menerbitkan Obligasi Global, Surat Hutang.
Pertumbuhan hutang luar negeri indonesia mengalami peningkatan pada bulan April, terutama didorong oleh penerbitan surat hutang negara (SNB) dan obligasi global untuk menutupi defisit anggaran yang meluas untuk dana melawan COVID-19, Bank Indonesia (BI) mengumumkannya pada hari senin.
Hutang luar negeri ekonomi terbesar di Asia Tenggara, yang mana termasuk peminjaman oleh sektor swasta dan pemerintah, yang telah tercatat $400.2 Milyar Dolar Amerika, dengan pertumbungan bunga 2.9 persen dari pertahunnya, berdasarkan data Bank Indonesia. Hal tersebut menandakan peningkatan pertumbuhan bunga tahunan dari 0.5 persen pertahunnya pada bulan Maret.
Hutang luar negeri pemerintah meningkat 1.6 persen pertahun pada bulan April $189.7 Milyar, didorong oleh penerbitan SNB mingguan, serta penerbitan obligasi berdenominasi dolar senilai $4.3 milyar yang diterbitkan di Amerika Serikat untuk membiayai deficit anggran pada 2020. Hutang sektor publik, yang dibesarkan oleh pemerintah dan bank sentral, berjumlah $192.4 milyar.
Baca juga: Berita Harga USD/IDR: Rupiah Indonesia Menentang Pullback Dolar AS Secara Luas
“Manajemen hutang luar negeri pemerintah dilakukan dalam aturan yang bijaksana dan bertanggung jawab untuk mendukung pengeluaran pemerintah pada sektor prioritas, berfokus pada penanganan COVID-19 dan stimulus ekonomi,” kata bank sentral dalam sebuah pernyataan di hari Senin.
Defisit anggaran Indonesia diharapkan meluas ke 6.34 persen Produk Domestik Bruto atau GDP untuk menutupi Rp.677.2 triliun ($47.65 Milyar) dalam paket stimulus ekonomi dan penambahan pengeluaran layanan kesehatan untuk melawan akibat dari pandemic COVID-19.
Hutang luar sektor swasta, yang mana termasuk hutang Badan Usaha Milik Negara, bertumbuh 4.2 persen menjadi $207.8 milyar pada bulan April, 4.7 persen lebih lambat daripada pertumbuhan yang tercatat pada bulan Maret.
“Perkembangan ini disebabkan karena kontraksi yang lebih lajut dari hutang pada institusi keuangan ditengah stabilitas dari hutang luar lembaga non-keuangan,” kata BI.
Baca juga: Anggaran COVID-19 Indonesia Membengkak tetapi Masih Belum Cukup
Hutang luar sektor swasta Sebagian besar dicairkan melalui empat sektor, yang disebut pertambangan, manufaktur, jasa keuangan dan asuransi dan listrik, gas dan pengadaan tenaga uap. Sektor-sektor tersebut dicatat 77.4 persen dari hutang luar sektor swasta.
Bank sentral menganggap keseluruhan tingkat hutang luar sama sehatnya dengan rasio hutang terhadap Produk Domestik Bruto atau GDP tercatat sebesar 36.5 persen hingga akhir bulan April, naik dari 34.6 persen pada bulan sebelummnya. Akun pinjaman jangka panjang mencapai 88.9 persen dari hutang saat ini
Sumber: thejakartapost.com