Konglomerat, Pengusaha dan Perusahaan Memerangi COVID-19
Forbes Asia Tracker : Bagaimana Konglomerat, Pengusaha dan Perusahaan Memerangi COVID-19. Seperti banyak orang di seluruh dunia, pemimpin bisnis dan perusahaan Asia bergabung memerangi pandemi Covid-19. Mereka menangani wabah di beberapa bidang yang dilambangkan dengan pengumpulan kontribusi penting dari seluruh wilayah. Berikut ini cakupan daftar upaya beberapa tokoh terkaya dan paling berpengaruh di Asia - miliarder, CEO, dan pengusaha lainnya, termasuk perusahaan dan starups. Beberapa berdonasi dari kantong atau bisnis mereka; yang lain mengkonversi fasilitas untuk mengatasi krisis yang terus berkembang; sementara orang-orang di biotek sibuk melakukan uji coba atau bekerja untuk membuat vaksin yang sangat dibutuhkan.
Kisah ini berkembang - Forbes Asia akan terus melacak dan meng-update kontribusi komunitas bisnis Asia. Daftar ini disortir berdasarkan dua kategori, satu untuk individu terkaya di Asia dan satunya lagi untuk perusahaan Asia.
Baca Juga : Pengangguran di AS Membengkak di Tengah Kebijakan Pembatasan Sosial
Terkaya di Asia
Keluarga Aboitiz: Sejak Maret Grup Aboitiz Filipina mendonasikan lebih dari 5.700 masker N95, 15.000 masker bedah dan persediaan medis lainnya untuk melindungi staf rumah sakit dan satpam. Konglomerat yang dijalankan oleh beberapa anggota generasi keempat dan kelima juga menyumbangkan sarung tangan, termometer, kacamata dan tenda untuk penduduk di provinsi setempat. Donasi makanan oleh anak perusahaan Pilmico dibuat untuk responden medis dan petugas pos pemeriksaan yang memantau perbatasan untuk mencegah wabah terbsebut. Erramon Aboitiz menempati peringkat terakhir no.43 dari 50 Orang Terkaya Filipina.
Gautam Adani: Konglomerat pelabuhan India menulis tweet pada tanggal 29 Maret bahwa yayasannya menjanjikan sekitar $13,3 juta untuk dana darurat Perdana Menteri India. Grup Adani juga memproduksi 120.000 masker.
Anil Agarwal: Pada bulan Maret raja pertambangan dan logam Vendata Group berkomitmen memberikan $26,5 juta untuk memerangi penyebaran COVID-19 dengan separuhnya masuk ke dana Perdana Menteri India. Vendata Group juga mendonasikan 100.000 masker pada awal bulan April dan berencana menyumbangkan lebih dari 200.000 masker.
Thippaporn Ahriyavraromp: Sejak April, pengembang propertinya, Magnolia Property Developement telah mendonasikan makanan dan alat perlindungan pribadi untuk masyarakat di Thailand. Perusahaan tersebut juga mendonasikan 2 juta baht Thailand ($61.000) ke Engineering Innovation Fund milik Chulalongkorn University untuk mengembangkan robot pembantu tenaga medis di rumah sakit. Bagian dari CP group yang dikendalikan oleh ayah Ahriyavraromp, Dhanin Chearavanont, Magnolia juga mendirikan stasiun screening suhu tubuh untuk penduduk setempat.
Mukesh Ambani: Yasasan amak raksasa minyak dan gas milik Reliance Industries mendirikan pusat Covid-19 pertama India dengan 100 tempat tidur di Seven Hill, Mumbai pada bulan Maret; per April fasilitas ini diperluas menjadi 250 tempat tidur. Reliance juga membagikan bahan bakar gratis untuk kendaraan darurat, memproduksi 100.000 masker per hari dan menyediakan 300 juta makanan gratis di berbagai kota. Ambani mengkontribusikan $67 juta untuk dana darurat Perdana Menteri India. Dia juga memberikan $660.000 dana bantuan kepala menteri Maharashtra, perumahan Ambani dan $660.000 dana serupa di negara bagian Gujarat, di mana kompleks kilang terbesar Reliance berada.
Ramon Ang: Pada bulan Maret, San Miguel Corp (SMC), pemilik tempat pembuatan bir tertua di Filipina telah mengkonversi pabriknya memproduksi etil alkohol untuk sanitasi di rumah sakit dan unit pemerintah; sejauh ini telah menghasilkan 642.000 liter etil alkohol. Kontribusi lebih dari 800 juga peso Filipina ($16 juta) akan dialihkan dalam bentuk sanitizer, bahan makanan pokok dan pasokan alat pelindung untuk tenaga medis garis depan; tambahan 100 juta peso secara pribadi didonasikan oleh Ang untuk memberikan bantuan kepada daerah di Manila yang paling rentan. SMC juga menyediakan tol gratis untuk tenaga medis serta bahan bakar untuk layanan antar-jemput mereka.
Jogi Hendra Atmadja: Miliarder Indonesia ini berjanji bahwa grupnya, Mayora pada bulan April akan mendonasikan 1 juta masker, 1 juta air mineral dan 1 juta biskuit kemasan untuk tenaga medis garis depan di seluruh Indonesia.
Dhanin Chearavanont: miliarder Thai grup Charon Pokphand yang berbasis di Bangkok ini meluncurkan beberapa inisiatif berbiaya $29,4 juta pada bulan April menurut perusahaannya. Grupnya menginvestasikan $3 juta pada awal bulan April membangun pabrik di Bangkok untuk memproduksi 100.000 masker bedah gratis setiap hari dan disumbangkan kepada tenaga medis. Grup ini juga menyediakan delivery makanan gratis untuk pasien dan staf pada lebih dari 40 rumah sakit di seluruh Thailand. Untuk mengatasi meningkatnya permintaan, Charoen Pokphand Foods memperluas kapasitas produki bahan pokok seperti telur. Unit telekomunikasi perusahaannya, True Corporation melipatgandakan bandwith domestik dan internasionalnya untuk meningkatkan pembelajaran digital di tengah penerapan social distancing.
Adrian Cheng: Putra pejabat tinggi Hong Kong Henry Cheng yang mengelola raksasa properti New World Developement telah mulai memproduksi masker. Cheng mengumumkan pada 7 April bahwa perusahaannya akan mendonasikan 10 juta masker “Made in Hong Kong” untuk Hong Kong dan luar negeri mulai dari akhir April setelah keempat lini produk beroperasi. Di Hong Kong, masker akan didistibusikan ke keluarga berpendapatan rendah dan masyarakat yang rentan melalui dispenser masker di LSM lokal. Perusahaan propertinya juga meninvestasikan $1,3 juta untuk penelitian dan pengembangan masker antibakteri dan antivirus baru, mendonasikan $1,3 juta lainnya untuk membantu memperlambat laju penyebaran Covid-19 di Hong Kong dan menyediakan $7 juta upaya bantuan di Tiongkok Besar.
Cheng Wei: DiDi-nya, aplikasi berbagi perjalanan terbesar di Tiongkok menciptakan tim 1.336 pengemudi sukarela pada Januari untuk menyediakan transportasi darurat untuk profesional medis di Wuhan. Perusahaannya menyediakan masker dan desinfektan untuk pengemudi dan mengirimkan tim serupa di kota-kota Tiongkok lainnya seperti Shanghai, Beijing dan Xiamen untuk membantuk rumah sakit lokal.
Chey Tae-won: Seorang konglomerat Korea Selatan, pada bulan April SK Group miliknya mulai melakukan uji coba hewan terhadap vaksin COVID-19 melalui cabang farmasinya, SK Bioscience.
Chung Mong-koo: Produsen mobil terbesar Korea Selatan, Hyundai Motor yang diketuai Chung pada bulan April membuka pusat pengujian Covid-19 drive-through pada 11 rumah sakit anak-anak di sepuluh negara bagian AS dan Washington, D.C. serta memberikan $2,2 juta dana hibah.
Keluarga Ciputra: Perusahaan real estate keluarga Ciputra Group pada bulan April menambahkan 210 ruang isolasi yang dilengkapi dengan tempat tidur dan ventilator di dua rumah sakitnya - Rumah Sakit Ciputra CitraGarden City di Jakarta dan Rumah Sakit Ciputra CitraRaya di Tangerang.
Tony Fernandes dan Kamarudin Meranun: Dalam sepucuk surat di bulan April, Fernandes mengumumkan bahwa dia dan cofounder AirAsia-nya, Meranun tidak akan menerima gaji selama kirsis. AirAsia yang berbasis di Malaysia akan mempertahankan karyawan tetapi sementara mengurangi pembayaran hingga 75%, tergantung pangkat masing-masing.
Andrew Forrest: Pada 8 April, miliarder penambang Australia ini mengumumkan bahwa ia telah mendonasikan sekitar $324 juta untuk yayasannya dengan sebagian dari dana tersebut untuk tanggap Covid-19 serta bantuan untuk kebakaran hutan dan penyebab lainnya. Yayasannya sebelumnya menjanjikan hingga $100 juta untuk peralatan medis dan persediaan serta pengujian pengembangan untuk virus korona.
Goh Cheng Liang: Pada bulan Maret Nippon Paint China-nya dan Corning yang berbasis di AS mendonasikan cat antivirus senilai 5 juta RMB ($715.000) untuk empat rumah sakit di provinsi Hubei, Tiongkok. Lapisan eksklusif baru dikembangkan untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan pada permukaan yang dicat.
Hinduja brothers: Sejak bulan Maret manufaktur truk India mereka, Ashok Leyland memasok masker, sarung tangan, pencuci tangan, sanitizer dan alat pelindung diri untuk tenaga medis serta generator untuk rumah sakit.
Hui Ka Yan: Pada bulan Maret, pengembang real estate Tiongkok-nya, Evergrande mendonasikan $115 juta untuk mendanai inisiatif penelitian kolaboratif Harvard University dan Guangzhou Insitute of Respiratory Health-nya Tiongkok; dana akan digunakan untuk penelitian dalam pengujian, vaksin dan terapi untuk novel coronavirus.
Savitri Jindal & family: Pada bulan Maret JSW Group keluarga Jindal, produsen baja terkemuka India menjanjikan sekitar $13,3 juta untuk dana darurat Perdana Menteri. Selain itu setiap karyawan JSW Group berkomitmen membayar setidaknya gaji satu hari mereka sebaga donasi untuk dana tersebut. Perusahaan juga menyediakan makanan untuk masyarakat di dekat pabriknya.
Koo Kwang-mo: Seorang konglomerat Korea Selatan, pada bulan Maret, LG Group miliknya mengatakan akan mendonasikan 50.000 alat uji kepada pemerintah Indonesia untuk membantu kekurangan alat diagnostik negara tersebut.
Uday Kotak: Pendiri Kotak Mahindra Bank secara pribadi mendonasikan $3,3 juta dana Bantuan Warga Negara dan Situasi Darurat Perdana Menteri India (PM-Cares) pada bulan Maret. Bank tersebut juga berkomitmen untuk mendonasikan $5 juta lainnya dengan $3,3 juta untuk dana perdana menteri dan $1,3 juta untuk dana bantuan kepala menteri Maharashtra.
Kishin RK: Perusahaan foodtech barunya, TiffinLabs mendonasikan 30.000 makanan untuk warga Singapura yang terkena dampak secara ekonomi oleh Covid-19. Bermitra dengan komunitas amal lokal Free Food For All, pembagian makanan dimulai pada tanggal 18 April dengan 5.000 makanan pertama didistribusikan kepada individu yang membutuhkan.
Kuok Meng-Han: Pada bulan April , Camtech Diagnostics-nya mulai meningkatkan produksi test kit-nya, setelah mendapat persetujuan sementara dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura. Tes antibodi mereka memberikan hasil hanya dalam 10 menit, menurut perusahaan tersebut dan tidak memerlukan peralatan atau personel khusus di laboratorium. Kuok, putra miliarder kelapa sawit Kuok Khoon Hong, meraih gelar Ph.D. dalam bioteknologi dan mendirikan perusahaan pada tahun 2011.
Jay Y. Lee: Seorang Konglomerat terbesar Korea Selatan, pemilik Samsung group telah mendonasikan total $33 juta dalam upaya bantuan global. Sejak bulan Januari, grup tersebut telah membeli pasokan medis, alat pelindung, pembersih udara, dan peralatan untuk rumah sakit dan masyarakat di Korea Selatan, Amerika Selatan, India, Italia, AS dan Inggris. Di depan perusahaannya, engineer Samsung bekerja dengan produsen masker lokal untuk meningkatkan produksi dan efisiensi. Grup tersebut juga menyediakan fasilitas untuk digunakan sebagai pusat perawatan pasien; dokter dan staf lainnya dari Samsung Medical Center di Seoul dengan sukarela membantu lokasi tersebut. Pada bulan April Samsung mendonasikan total $4 juta untuk California, New Jersey, dan Texas - dimana sebagian besar tenaga kerja AS berada - dan telah bermitra dengan organisasi filantropi lokal untuk memenuhi kebutuhan makanan, medis, keuangan, dan pendidikan.
Lee Man Tat: Pembuat saus tiram terbesar di dunia, Lee Kum Kee miliknya mendonasikan 2.000 karton cuka putih untuk ke Masyarakat Palang Merah Tiongkok di Jiangmen, berupaya membantu pasien menjelang musim flu; menurut perusahaan, cuka memiliki sifat antiseptik dan efektif mencegah infeksi influenza dan saluran pernapasan. Lee Kum Kee yang berbasis di Hong Kong juga mendonasikan $280.000 ke Jiangmen Central Hospitas yang akan digunakan untuk dana alat pelindung diri dan fasilitas medis baru.
Lee Shau Kee: Pada bulan Februari, sebuah badan amal yang didirikan oleh Lee dan anaknya Peter Lee Ka Kit dan Martin Lee Ka Shing, Henderson Development Anti-Epidemic Fund milik mereka mendonasikan produks sanitasi jangka panjang untuk bus, kereta api dan taksi Hong Kong. Sejak saat itu mereka juga mendonasikan 1 juta masker ke UNICEF untuk anak-anak kurang mampu di Hong Kong. Pada bulan April, badan amal tersebut menyumbangkan 2.000 laptop dengan data unlimited selama setahun, membantu siswa lokal belajar online sementara sekolah-sekolah ditutup.
Li Shufu: Badan amal Li dan Geely Holding Group miliknya, salah satu pembuat mobil terbesar di Tiongkok meluncurkan dana $28 juta pada bulan Januari untuk membeli dan mendistribusikan masker, desinfektan, kacamata medis dan ventilator ke area-area terdampak di Tiongkok; dan juga mendanai konstruksi rumah sakit darurat. Anak perusahaan Geely Auto mendonasikan 50 kendaraan serba guna ke pusat komando pencegahan dan kontrol Wuhan untuk membantu kebutuhan transportasi mereka.
Li Ka-Shing: Pada bulan Februari, konglomerat Hong Kong ini mendonasikan $13 juta untuk membantu Wuhan, pusat penyebaran virus korona di Tiongkok. Yayasan juga mendistribusikan 250.000 masker untuk organisasi kesejahteraan sosial dan rumah-rumah lansia di Hong Kong. Pada bulan April, Li Ka Shing Foundation bekerja sama dengan starup hotel kapsul Bobobox dan Asosiasi Dokter Indonesia Jawa Barat untuk mendonasikan 100 kapsul tidur untuk pekerja rumah sakit di Jakarta dan Jawa Barat.
Robin Li: Pada bulan Februari search engine terbesar di Tiongkok, Baidu meluncurkan Wenyisheng (“Tanya Dokter”), platform konsultasi gratis yang memenuhi permintaan layanan kesehatan online. Baidu yang didirikan oleh Li mengatakan Wenyisheng memfasilitasi lebih dari 850.000 konsultasi medis gratis setiap hari kepada pengguna Tionghoa.
Lim Wee Chai: Pembuat sarung tangan medis Malaysia dan salah satu yang terbesar di dunia miliknya, Top Glove sedang meningkatkan produksi dan mendonasikan lebih dari 5 juta sarung tangan kepada pemerintah di Tiongkok dan Malaysia sejak bulan Januari. Pada bulan Maret Yayasan Top Glove menjanjikan donasi 2,5 juta sarung tangan untuk memerangi pandemi.
Lui Che Woo & family: Pada bulan February, Galaxy Entertainment Group Foundation miliknya mendonasikan $2,5 juta ke provinsi Hubei, Tiongkok untuk membantu keberhasilan langkah pencegahan dalam bentuk peralatan dan persediaan medis; mereka juga mengkontribusikan 1 juta masker ke Macau dan kota Tionghoa, Zhuhai. Bulan berikutnya, Galaxy yang berbasis di Hong Kong mengumumkan bahwa mereka berlanggangan $13 juta obligasi khusus untuk membantu perusahaan kesehatan kecil dan menengah Macau. Pada bulan April, yayasan tersebut mendonasikan sekitar $9,4 juta terutama ke daratan Tiongkok untuk membantu tenaga medis dan membiayai penelitian yang berkaitan dengan COVID-19.
Ma Huateng: Raksasa internet Tiongkok, Tencent yang diketuai Ma menyiapkan $100 juta dana anti-pandemi global pada bulan Maret; dana awal akan digunakan untuk peralatan medis seperti masker dan ventilator rumah sakit dan petugas layanan kesehatan di seluruh dunia.
Jack Ma: Pendiri Alibaba ini menjanjikan $14 juta untuk membantu pengembangan vaksin Covid-19. Pada tanggal 13 Maret dia mengumumkan bahwa dirinya juga mendonasikan 500.000 alat uji dan 1 juta masker ke AS yang dikirimkan dari Shanghai pada tanggal 15 Maret. Ma mengirim persediaan medis dan alat uji ke Italia serta beberapa negara lain di seluruh Afrika, Amerika Latin dan Asia. Yayasannya dan yayasan korporat Alibaba juga mendirikan Global MediXchange untuk memerangi Covid-19 guna membantu dokter di seluruh dunia berbagi praktik selama pandemi. Pada tanggal 4 April, Gubernur Andrew Cuomo berterima kasih kepada Ma, Joe Tsai, Counsel General Huang Ping dan pemerintah Tiongkok atas donasi 1.000 fasilitas berupa ventilator dari Tiongkok ke negara bagian New York; pemberian tersebut merupakan bagian dari kontribusi besar oleh Joe and Clara Tsai Foundation dan Jack Ma Foundation yang mendonasikan 2,6 juta masker, 170.000 kacamata dan 2.000 ventilator ke New York untuk memasok kebutuhan medis rumah sakit yang tidak terlayani di negara bagian tersebut.
Anand Mahindra: Keturunan generasi ketiga dari raksasa traktor dan mobil India, Mahindra & Mahindra menulis tweet pada 22 Maret bahwa fasilitas manufaktur konglomerat tersebut akan mulai bekerja untuk memproduksi ventilator. Mahindra juga menawarkan resor perusahaannya sebagai fasilitas perawatan sementara dan mengatakan bahwa dia akan mendonasikan gajinya untuk mulai menggalang dana demi usaha kecil dan wiraswasta.
Robert & Philip Ng: Pada bulan Maret, Yayasan Amal Ng Teng Fong bersaudara mendonasikan $7 juta ke Tsinghua Univesity di Tiongkok untuk penelitian anti-epidemi. Sejak bulan Februari, yayasan tersebut telah mendonasikan total $6,5 juta masker bedah ke Hong Kong, Singapura dan negara-negara barat. Sumbangan lain termasuk alat pelindung, mainan edukatif dan kotak makanan.
Clive Palmer: Pada bulan April, miliarder Australia ini membeli 32,9 juta dosis hydroxychloroquine dalam bentuk tablet dan obat-obatan umum melalui yayasannya; awal bulan, Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt mengumumkan bahwa dia akan menyediakan obat anti-malaria jika dokter memilih untuk menggunakannya sebagai pengobatan. Pada akhir April, Palmer mengeluarkan iklan setebal tiga halaman yang berisikan alasannya membeli obat tersebut.
Prajogo Pangesto: Pada bulan April, Barito Pacific miliknya mengumumkan akan mendonasikan 30 miliar Rupiah Indonesia ($1,9 juta) dalam bentuk peralatan medis ke rumah sakit di Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Melalui anak perusahaan Chandra Asri dan Star Energy, beberapa donasi termasuk 45.000 alat uji, 120.000 masker, dua ventilator dan 60.000 jas pelindung diri; didistribusikan mulai bulan Maret.
Pham Nhat Vuong: Pada bulan April, Vingroup milik miliarder Vietnam menandatangani perjanjian lisensi dengan Medtronic yang berbasis di Dublin untuk memproduksi ventilator melalui dua anak perusahaan. Pembuat mobil Vinfast dan elektronik Vinsmart sedang menggeser jalur produksi mencapai 10.000 ventilator per bulan. Vingroup juga berkomitmen memberikan $4,3 juta untuk peralatan medis dan alat uji melalui Vietnam Fatherland Front Central Committee; kontribusi yang lebih kecil dibuat untuk penelitian pembuatan vaksin. Unit ritel perusahaan, Vincom telah mealokasikan sekitar $13 juta untuk mendukung penyewa yang terkena dampak virus korona.
Cyrus Poonwalla: Serum Institute of India milik miliarder vaksin India bergabung dengan usaha global untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Mereka sedang mengembangkan dua vaksin Covid-19; satu dengan perusahaan AS yakni Codagenix dan satunya lagi dengan Institut Pasteur di Paris dan perusahaan bioteknologi Themis di Australia.
Anthony Pratt: Pratt Foundation yang berbasis di Australia miliknya mendonasikan A$1 juta ke Peter Doherty Institute untuk Infection and Immunity di University of Melbourne untuk uji coba pengobatan; dimulai pada tanggal 6 April. Percobaan ini menguji dua obat dan termasuk 2.400 individu; hal tersebut akan dilakukan selama dua bulan melalui 60 rumah sakit di Australia dan Selandia Baru.
Azim Premji: Tokoh teknologi India ini telah berkomitmen untuk mendonasikan $134 juta melalui yayasannya ke dana darurat Perdana Menteri. Azim Premji Foundation jua mengumumkan pada 1 April bahwa 1.600 karyawannya akan berkolaborasi dengan pemerintah dan pekerja kesehatan. Selain itu software developer Premji, Wipro Limited menjanjikan $13 juta dan Wipro Enterprises Limited $3,3 juta.
Enrique Razon Jr.: Pada bulan April, Bloomberry Cultural Foundation miliknya mendonasikan lebih dari 600 juta peso Filipina ($12 juta) untuk memerangi pandemi, termasuk pengadaan peralatan medis dan alat pelindung untuk rumah sakit pemerintah serta barang bantuan untuk program makanan nasional Presiden Duterte. Yayasan ini jua membuat rumah sakit darurat di Rizal Memorial Sports Center di Manila yang menampung 116 pasien per April dengan tambahan 108 lebih tempat tidur tambahan. Bersamaan dengan pengembang properti Consunji Sibling, DMCI, yayasan ini juga memasang dua bangsal di Philippine General Hospital menjadi pusat rujukan dan perawatan.
Ren Zhengfei: Sejak bulan Maret, Huawei Technologies basis Shenzen yang dipimpin oleh Ren mendonasikan persediaan medis ke lembaga-lembaga kesehatan di Eropa dan Amerika Utara dengan 10.000 masker N95, 20.000 tirai isolasi, 50.000 kacamata medis dan 10.000 sarung tangan untuk rumah sakit di New York.
Jean Salata: Pada bulan April, Baring Private Equity Asia miliknya mengumumkan akan memberikan $5 juta dana bantuan untuk masyarakat di Tiongkok, Hong Kong dan negara-negara Asia lainnya. Donasi bersumber dari miliarder Hong Kong dan empat anggota komite lainnya yang memutuskan untuk merelakan gaji tahunan mereka serta kontribusi dari karyawan perusahaan. “Selama masa yang sangat sulit ini, kami ingin menunjukkan solidaritas dengan CEO, portofolio karyawan perusahaan, dan komunitas kami dalam membantu,” katanya.
Seo Jung-jin: Firma biotek dari Korea selatan, Celltrion miliknya sedang mengembangkan pengobatan antivirus Covid-19 dengan rencana memulai uji coba manusia pada bulan Juli; perusahaan juga mengembangkan alat uji mandiri cepat yang menyediakan hasil dalam waktu lima belas hingga dua puluh menit; rencana peluncuran pada musim panas.
Masayoshi Son: SoftBank milik miliarder Jepang mendonasikan 1,4 juta masker N95 ke New York sebagaimana diumumkan oleh Gubernur Andrew Cuomo pada tanggal 25 Maret. Bulan berikutnya, Softbank bermitra dengan pembuat mobil listrik Tiongkok BYD untuk mengamankan pasokan bulanan 300 juta masker untuk Jepang; 100 juta berupa masker N95, 200 juta berupa masker bedah standar.
Peter Sondakh: Pada bulan April, perusahaan investasi miliarder Indonesia, Rajawali Corpora mendonasikan dana untuk Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia yang berupaya mengumpulkan 500 miliar rupiah ($31 juta) untuk alat uji, ventilator, masker dan tirai medis. Rajawali juga memasok alat pelindung untuk provinsi-provinsi setempat.
Sy Siblings: Pengembang properti terbesar Filipina, SM Prime bersaudara menghapuskan biaya sewa untuk semua penyewa di SM Supermalls dari 16 Maret hingga 14 April dan mengalokasikan 100 juta peso Filipina ($1,9 juta) sebagai dana untuk memasok alat pelindung seperti masker, tirai, visor, sarung tangan dan penutup sepatu bagi tenaga medis garis depan.
Tahir: Pada bulan April, seorang pengusaha sukses Indonesia yang mengetuai Mayapada group dan seorang filiantropis terkenal mendonasikan $3,2 juta membantu pengemudi ride-sharing yang kehilangan penghasilan; sebagian dari dana tersebut juga diberikan kepada organisasi yang berbasis agama. Tahir sebagai pemilik lisensi mayoritas yang menerbitkan Forbes Indonesia juga memberikan S$500.000 ($350.000) untuk membantu orang-orang pinggiran di Singapura yang paling terkena dampak pandemi. Bentuk lain kontribusi termasuk alat perlindung yang dikirim ke provinsi Beijing dan Fujian; dan 1.000 porsi makanan harian selama tiga bulan untuk pekerja propertinya di Jakarta.
Andrew Tan: Sejak bulan Maret, Alliance Global Group yang berbasis di Manila miliknya mendonasikan 1 juta liter etil alkohol untuk membantu rumah sakit dan agensi pemerintah menerapkan langkah-langkah sanitasi. Alliance yang memiliki pembuat brendi di Filipina bernama Emperador Inc mengatakan donasi akan ditujukan untuk rumah sakit dan lembaga medis serta Polisi Nasional Filipina dan Angkatan Bersenjata Filipina. Pada Bulan April, perusahaan real estate Megaworld miliknya mendonasikan 60 juta peso Filipina ($1,2 juta) untuk membangun laboratorium tes baru di Manila melalui Palang Merah Filipina; laboratorium tersebut mampu melakukan 10.000 tes per hari.
Anthony Tan: Pada bulan Maret, Aplikasi layanan berkendara terbesar Asia Tenggara Grab miliknya mengumumkan bahwa manajemen senior akan memotong gaji hingga 20% dan membuat donasi oleh karyawan untuk mendukung bisnis selama pandemi. Pada bulan April, Grab yang kehilangan pelanggan mengatakan telah menginvestasikan hampir $40 juta sebagai upaya bantuan di seluruh Asia Tenggara, dengan sebagian besar dialokasikan ke Singapura. Perusahaan ini juga menurunkan tingkat komisi dimuka sebesar 50% untuk driver pribadi dan memperluas program pilot yang memungkinkan driver untuk melakukan pengiriman makanan dan lain-lain.
Min-Liang Tan: Pada bulan April, perusahaan game Tan di Singapura bernama Razer menyiapkan produksi masker otomatis dalam 24 hari. Frasers Property mengatakan akan menyokong usaha Razer dengan dana $50.000; serta dua perusahaan Singapura lainnya, JustCo dan PBA Group juga memberikan $50.000. Pada tanggal 1 April, Razer menjanjikan $50 juta untuk mendukung mitra bisnisnya selama pandemi. Dalam postingan Facebook pada tanggal 18 Maret, Tan mengatakan bahwa perusahaan akan mendonasikan 1 juta masker ke pemerintah.
Tony Tan Caktiong: Sejak bulan Maret, Jollibee Group Foundation milik miliarder Filipina ini telah mendonasikan 100 juta peso Filipina ($2 juta) dalam bentuk paket makanan untuk tenaga medis, petugas pos pemeriksaan dan responden lainnya. Makanan akan disediakan oleh restoran franchised miliknya termasuk Jollibee, Chowking, Mang Inasal, Red Ribbon, Greenwich, Burger King, Panda Express, dan Pho 24. Makanan tambahan senilai 120 juta peso akan mulai diberikan kepada keluarga yang paling terkena dampak pandemi. Grup ini juga mengalokasikan dana tanggap darurat sebesar 1 miliar peso yang akan menutup gaji karyawan dari tanggal 15 Maret sampai 15 April sesuai durasi Enhanced Community Quarantine Filipina; staf juga menerima gaji 13 mereka pada tanggal 30 April.
Hary Tanoesoedibjo: Pada bulan April, melalui MNC Peduli konglomerat media Indonesia mendonasikan masker, alat pelindung pribadi dan ventilator senilai $320.000 untuk Covid-19 Rapid Response Task Force negara tersebut. Donasi lain termasuk hand sanitizer dan kotak makanan untuk staf medis di Jakarta dan masyarakat yang terdampak virus.
Joe Tsai: Eksekutif Alibaba dan pemilik Brooklyn Nets NBA menulis tweet pada 14 Maret bahwa karyawan per jam di Barclays Center tempat Nets dimainkan akan dibayar sepanjang Mei seolah-olah permainan masih pada musimnya. Pada 4 April, Gubernur Andrwe Cuomo berterima kasih kepada Tsai, Joe Ma, Penasihat Umum Huang Ping dan pemerintah Tiongkok untuk donasi fasilitas ventilator dari Tiongkok ke New York; pemberian tersebut merupakan bagian dari kontribusi yang lebih besar oleh Joe and Clara Tsai Foundation dan Jack Ma Foundation yang mendonasikan 2,6 juta masker, 170.000 kacamata dan 2.000 ventilator ke New York untuk memasok kebutuhan medis rumah sakit yang tidak terlayani di negara bagian tersebut.
Ty Bersaudara: Pada bulan Maret, Metrobank dan GT Capital menjanjikan 200 juta peso Filipina ($4 juta) melalui yayasannya masing-masing untuk memproduksi alat uji dan menyediakan alat pelindung bagi tenaga medis garis depan; peralatan akan dikembangkan oleh University of the Philippines National Institutes of Health. Kedua perusahaan yang berbasis di Makati juga memberikan bantuan untuk pelanggan dan karyawan selama krisis.
Dennis UY: Pada bulan Maret, Udenna Group miliknya mendonasikan 1.000 alat uji untuk Departemen Kesehatan Filipina melalui Myongji Hospital di Korea Selatan.
Manuel Villar: Pada bulan Maret, pria terkaya Filipina bersama keluarganya mendonasikan desinfektan, 200.000 masker bedah dan persedian air mineral setiap hari ke sembilan rumah sakit pemerintah. Villar yang merupakan ketua pengembang properti Vista Land & Landscapes juga bekerja dengan Department of Public Works and Highways dan perusahaan konstruksi EEI untuk mengubah Philippine International Convention Center menjadi fasilitas medis untuk pasien.
Peter Woo: Miliarder perusahaan properti dan logistik Wharf Holdings Hong Kong berkomitmen mendonasikan $1,4 juta untuk bekerja dengan organisasi-organisasi seperti Palang Merah Tiongkok demi memerangi pandemi. Hotel Marco Polo perusahaan di Wuhan menyediakan akomodasi untuk 250 profesional medis selama dua bulan; sementara hotel Marco Polo di Hong Kong memobilisasi lebih dari 300 karyawan untuk melihat cara produksi masker kain reusable dan mendonasikan persediaan sanitasi. Program amal Project WeCan oleh Woo serta mitranya mendonasikan masker bedah, hand sanitizer dan produk kebersihan untuk sekolah sebelum pembelajaran kembali dimulai.
Tadashi Yanai & family: Mengumumkan pada bulan Maret bahwa Fast Reatailing perusahaan induk Uniqlo dan Theory milik miliarder Jepang ini mendonasikan 10 juta masker ke lembaga medis di Jepang dan luar negeri dengan 1 juta masker untuk rumah sakit di new york.
Zhang Yiming: Pada bulan Maret, ByteDance miliknya mendonasikan $10 juta ke Solidarity Response Fund WHO yang akan digunakan untuk membeli dan mendistribusikan alat uji dan alat pelindung probadi, dan membuat modul pelatihan online untuk tenaga kesehatan tentang cara mendeteksi, merawat dan mencegah penyebaran virus korona. ByteDance yang merupakan salah satu platform media terbesar Tiongkok juga membuat alat kolaborasi digital yakni Lark yang gratis untuk bisnis dan sekolah di seluruh dunia. Aplikasi TikTok-nya juga menjanjikan $250 juta untuk mendukung tenaga medis garis depan, pendidik dan masyarakat di seluruh dunia.
Sektor Swasta Asia
Ansell: Pada bulan April, pembuat alat pelindung Australia ini mengumumkan penambahan kapasitas produksi mengimbangi pernambahan permintaan untuk jas dan sarung tangan biohazard-nya.
Ascletis: Pada bulan Maret, perusahaan farmasi yang berbasis di Hangzhou ini mengumumkan hasil percobaan klinis obat antivirus danoprevirnya pada pasien Covid-19 di Tiongkok; penelitian skala kecil menemukan bahwa “danoprevir dikombinasikan dengan ritonavir aman dan dapat ditoleransi pada semua pasien.”
Biolidics: Perusahaan medtech yang berbasis di Singapura ini menciptakan dan memulai pemasaran alat uji Covid-19 pada bulan Maret. Alat uji tersebut sekarang disetujui untuk dijual di UE dan Filipina, dan menerima otorisasi sementara dari Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura. Saat ini sedang berupaya mendapatkan persetujuan untuk dijual di AS dan tempat lain di Asia.
CanSino Biologics: Perusahaan farmasi yang berbasis di Tianjin, Tiongkok memulai uji klinis untuk vaksin Covid-19 pada bulan Maret menggunakan teknologi vaksin yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Ebola. Pada tanggal 10 April, perusahaan ini memasuki tahap pengujian kedua.
DBS Bank: Pada bulan April, bank multinasional Singapura melalui DBS Stronger Together Fund mengumumkan akan mendonasikan S$10,5 juta ($7,3 juta) untuk membantu masyarakat Asia yang terdampak virus. Dana akan digunakan untuk menyediakan paket makanan dan perawatan di seluruh Asia; serta alat uji, ventilator dan alat pelindung untuk India dan Indonesia dimana kurang persediaan medis. Bank juga bekerja dengan The Food Bank Singapore untuk menyediakan makanan bagi individu berpenghasilan rendah dan lansia.
Envision Group: Pada bulan Maret, salah satu pembuat turbin angin terbesari dunia mendirikan pusat manufaktur di Tiongkok yang memproduksi 100.000 masker per hari. Dalam wawancara yang disiarkan di televisi, pendiri dan CEO Lei Zhang mengatakan teknologi otomatis Envision akan memenuhi penambahan permintaan untuk masker dengan cepat. Perusahaannya yang berbasis di Shanghai akan mendonasikan masker untuk bisnis, sekolah dan masyarakat di Tiongkok dan negara lain yang terdampak virus seperti Jepang dan Korea Selatan.
FPT Group: Pada bulan Februari, perusahaan teknologi FPT bermitra dengan Kementrian Kesehatan Vietnam dan meluncurkan chatbot 24/7 yang dapat menangani 5.000 pertanyaan terkait Covid-19 per hari. Bulan berikutnya FPT yang berbasis di Hanoi mendonasikan 2.000 ruang asrama universitas untuk karantina dan menkontribusikan $850.000 dalam bentuk alat medis seperti ventilator dan persediaan desinfektan untuk pemerintah lokal.
Fujifilm: Pada akhir Maret, cabang farmasi perusahaannya yang berbasis di Tokyo, Fujifilm Toyama Chemical memulai uji klinis fase tiga obat flu Favipiravir pada pasien Covid-19 di Jepang dan mempercepat produksi.
GeneOne Life Science: Mengumumkan pada bulan Maret, pembuat vaksin Korea Selatan berkolaborasi dengan peneliti di Houston Methodist Hospital untuk mengembangkan Vaksin RNA untuk Covid-19.
Green Croos: Anak perusahaan biofarma Korea Selatan, GC Lab Cell mengembangkan pengobatan berbasis terapi sel untuk Covid-19 sejak Maret dengan rencana memulai percobaan manusia pada paruh kedua tahun ini.
HDFC Bank: Bank India ini mengumumkan bahwa pada Mei akan mendonasikan $20 juta ke dana PM-Cares Nasional dan merilis video musik berjudul “We Won’t Accept Defeat” oleh komposer pemenang Oscar dan Grammy-Award AR Rahman. Bank mengatakan akan mendonasikan $7 untuk dana tersebut setiap kali video dibagikan di media sosial.
Healthmatch: Startup Australia yang memfasilitasi uji klinis untuk perusahaan medis ini telah membentuk pelacak uji klinis Covid-19 pada bulan Maret dan juga memberi perusahaan akses gratis ke platformnya untuk merekrut pasien guna penelitian di Australia. Healthmatch dipimpin oleh tokoh kehormatan Forbes Asia dibawah 30 tahun, Manuri Gunawardena.
I-Mab Biopharma: Perusahaan biofarma yang berbasis di Shanghai ini mengumumkan pada bulan Maret akan memulai uji klinis pengobatan antibodi TJM2 pada pasien Covid-19 di AS dengan rencana memperluas ke negara lain yang terkena pandemi.
JN Medsys: Menyusul persetujuan sementara pada bulan April, perusahaan yang berbasis di Singapura ini meningkatkan produksi alat uji “ProTect” yang akan mendeteksi tiga gen target seperti yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyait AS; menurut perusahaan, hacil dapat diperoleh dalam waktu dua jam dan memiliki tingkat akurasi lebih dari 95%.
Mesoblast: Sejak bulan Maret, perusahaan medis Australia ini telah bekerja dengan pihak berwenang di Australia, Tiongkok dan AS untuk mengevaluasi penggunaan obat Remestemcel-L untuk mengobati Covid-19.
Pan Brothers: Pada bulan April, pabrikan garmen ini menanggapi permintaan bantuan Indonesia dengan mengubah jalur produksi mereka untuk membuat pakaian hazmat dan masker bagi tenaga medis garis depan. Perusahaan yang kliennya Prada dan Adidas ini dilaporkan telah memproduksi 10 juta masker dan 100.000 jumpsuit dengan rencana meningkatkan produksinya menjadi 100 juta masker, 10 juta jumpsuit sekali pakai dan satu juta jumpsuit yang dapat dicuci.
Ping An: Perusahaan asuransi Tiongkok ini mengumumkan pada tanggal 3 April bahwa mereka akan mendonasikan persediaan medis senilai £1,1 juta ($1,2 juta) ke pemerintah Inggris seperti alat uji, baju pelindung dan ventilator.
Seegene: Sejak bulan Februari, perusahaan biotek Korea Selatan ini telah meningkatkan produksi alat uji Covid-19 inovatif yang membantu dengan langkah uji cepat negara tersebut. Perusahaan ini telah mengirim alat uji ke negara-negara di Eropa dan Asia; dan menunggu persetujuan dari FDA AS.
Shiseido: Pada bulan April, raksasa kosmetik ini mengumumkan akan menggeser beberapa lini produksinya di Jepang untuk membuat hand sanitizer guna fasilitas medis negara; dua dari pabriknya akan mencapai kapasitas 200.000 botol per bulan. Anak perusahaannya di Perancis dan AS juga akan memproduksi desinfektan yang akan dipasok ke pusat medis di masing-masing negara. Perusahaan mengatakan akan membagikan formula sanitasi dengan perusahaan lain.
Baca Juga : Mata Uang Komoditas Menguat pada Puncak Pandemi
Takeda: Perusahaan medis Jepang ini mulai bekerja pada terapi hyperimmune pada bulan Maret menggunakan plasma darah dari pasien terinfeksi sebelumnya.
Yuchengco Group: Pada bulan Maret, ketua grup Helen Yuchengco Dee menyatakan bahwa karyawan konglomerat akan terus bekerja dan menerima gaji bulanan sepenuhnya selama periode karantina Filipina. Pada postingan Facebook, Mapua University yang sebagian dimiliki oleh Yuchengco mengatakan perusahaan juga mengambil bagian Project Ugnayan yakni insiatif menyediakan voucher belanja untuk keluarga yang membutuhkan di Manila.
Zhejiang Hisun Pharmaceuticals: Perusahaan farmasi Tiongkok ini mengumumkan hasil positif dari uji coba obat flu Favipiravir pada pasien Covid-19 di Shenzen dan Wuhan pada bulan Maret; perusahaan memasok obat ke otoritas di Tiongkok dan beberapa negara lainnya.
Sumber : forbes.com