Mungkinkah Bitcoin Menjadi Mata Uang Masa Depan?

Bitcoin

Dewasa ini, perdagangan online semakin tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia. Cara transaksi konvensional pun semakin ditinggalkan di praktek jual beli online, karena tidak mampu mengikuti kecepatan arus transaksi di jaringan internet. Untuk itu, berbagai sistem pembayaran online pun menjadi alternatif yang marak digunakan para pelaku bisnis online.

Dari sekian banyak metode pembayaran tersebut, muncullah nama Bitcoin, yang tak sekedar memfasilitasi transaksi keuangan online, tapi juga menjadi mata uang itu sendiri. Singkat kata, untuk jual beli di internet tak perlu transfer Rupiah atau Dolar melalui sistem pembayaran online, karena Bitcoin sudah bisa menjadi alat pembayaran dengan nilai tukarnya sendiri. Tak heran, merchant dan situs online yang menerima pembayaran Bitcoin bisa memasang harga dalam satuan BTC (Bitcoin), bukan lagi USD (Dolar AS).

masa depan bitcoin

Baru muncul di akhir dekade sebelumnya, perkembangan Bitcoin terbilang sangatlah pesat. Dalam waktu 3-4 tahun, nilai Bitcoin membubung hingga ribuan Dolar AS. Pertumbuhan harganya bahkan bisa menyaingi dan di satu titik berhasil mengungguli emas. Mengingat sistem Bitcoin yang terdesentralisasi dan nilainya ditentukan oleh tingkat permintaan dan penawaran, maka cukup beralasan jika kencangnya pertumbuhan minat global terhadap Bitcoin ditaksir menjadi biang terjadinya fenomena tersebut.

Apabila tak sampai 10 tahun Bitcoin sudah mencatatkan kemajuan sehebat itu, lantas bagaimana dengan proyeksi di masa depan? Akankah pertumbuhan Bitcoin bisa terus konsisten, atau justru ini cuma menjadi euforia sesaat? Mari kita mempertimbangkannya lewat beberapa poin di bawah ini.

Valuasi Bitcoin
Valuasi adalah pertimbangan nilai suatu aset di masa depan berdasarkan faktor-faktor yang ada di masa kini. Valuasi bukanlah ramalan karena ada dasar-dasar pertimbangan yang valid dari data dan statistik. Valuasi mata uang contohnya, bisa didasarkan pada data inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, dan sebagainya.

Karena Bitcoin bukanlah mata uang yang diregulasi secara khusus di negara tertentu, maka mustahil untuk mengukur valuasinya dengan data-data di atas. Seorang investor bernama Joshua Seims kemudian menemukan solusi untuk mengukur valuasi Bitcoin, dengan cara membandingkannya terhadap kapitalisasi pasar emas dan mata uang.

valuasi bitcoin

Ide dasarnya seperti ini: Pasar emas diperkirakan memiliki kapitalisasi sebesar 7.65 triliun USD, sementara pasar mata uang berukuran 3 triliun USD. Bitcoin sendiri diproyeksi meningkat hingga 17 juta BTC 10 tahun dari sekarang. Apabila Bitcoin memiliki 10% peluang untuk merebut 30% kapitalisasi pasar emas, maka valuasi 1 BTC bisa melesat hingga 13,500 USD. Angka tersebut terbilang fantastis mengingat Bitcoin saat ini masih berada di bawah 1,000 USD.

Permintaan Meningkat, Suplai Berkurang
Sistem Bitcoin sudah diatur untuk tak sembarangan mengedarkan mata uang. Secara otomatis, produksi Bitcoin akan berhenti ketika jumlah yang beredar di sirkulasi sudah mencapai 21 juta. Saat ini saja, penciptaan Bitcoin bekerja dengan sistem “Halvings”, sehingga suplai akan otomatis berkurang setiap 4 tahun sekali.

Walaupun produksi direncanakan seperti itu, permintaan Bitcoin dari tahun ke tahun justru terus meningkat. Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, kondisi ini praktis melenggangkan nilai Bitcoin untuk terus bertambah di masa depan. Hal ini sebenarnya berbanding terbalik dengan suplai mata uang yang cenderung bertambah dari waktu ke waktu.

Mata Uang Konvensional Mengalami Penyusutan Nilai
Nilai mata uang suatu negara pasti akan terus berkurang karena inflasi. Dolar AS sendiri diakui mengalami penurunan 1 sampai 2% tahun. Belum lagi, fakta sudah membuktikan bahwa mata uang konvensional sangat rentan mengalami keruntuhan akibat berbagai permasalahan yang merong-rong suatu negara. Untuk hal ini, kita bisa bercermin pada kasus Venezuela, Yunani, Zimbabwe, Argentina, dan Siprus.

Greece tourism destinations
Greece

Kemajuan peradaban dan teknologi juga bisa mendorong proses penurunan nilai mata uang konvensional. Meski efeknya tak secepat inflasi, perkembangan ini sudah bisa dirasakan melalui tumbuhnya transaksi online yang lebih menuntut peran mata uang virtual ketimbang konvensional. Jika situasi saat ini terus melaju di tingkat yang sama dalam beberapa waktu ke depan, maka bukan tak mungkin kita akan melihat mata uang konvensional yang semakin ditinggalkan. Sebagai gantinya, mata uang virtual seperti Bitcoin akan semakin mudah mendapatkan tempat di masyarakat luas.

Kembali Ke Dasar Sistem Bitcoin
Teknologi Bitcoin dirancang untuk menyediakan sistem peredaran mata uang yang terdesentralisasi di tangan para anggotanya. Tak ada satu pihak pun yang memiliki wewenang lebih untuk bisa mengontrol dan mengintervensi Bitcoin. Karena tumbuh dan beredar di jaringan internet yang menjadi konsumsi global, maka Bitcoin juga tidak terpusat pada regulasi finansial negara manapun.

sistem bitcoin

Inilah yang menimbulkan banyak keraguan tentang potensi penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran di masa depan. Untuk menjadi mata uang yang dipercaya dan diterima masyarakat sebagai alat tukar, peluang Bitcoin masih sangatlah kecil karena peredaran dan sistem penggunaannya tidak diatur dan dijamin oleh lembaga resmi, yang bisa melindungi kepentingan pengguna. Untuk kepentingan perbankan pun, penggunaan Bitcoin masih dinilai terlalu riskan karena fluktuasi nilai tukarnya terlalu ekstrim.

Kesimpulan
Melihat bagaimana valuasi, jumlah permintaan dan suplai, serta teknologinya yang bisa menjadi alternatif mata uang konvensional, Bitcoin bisa dikatakan sangat berpotensi untuk menjadi aset investasi masa depan. Namun jika sudah menyangkut potensi Bitcoin sebagai alat pembayaran di masa depan, tak banyak kemungkinan yang bisa dibicarakan, mengingat sistem Bitcoin itu sendiri terbebas dari wewenang regulasi manapun.