5 Tips Manajemen Risiko Bitcoin
Bitcoin
Setiap kegiatan trading pasti ada risikonya. Baik itu trading saham, forex, ataupun emas, selalu ada risiko kerugian yang perlu diwaspadai dan diperhitungkan baik-baik sehingga dapat diminimalisir. Trading Bitcoin pun demikian adanya.
Selain risiko umum yang mewarnai lika-liku trading, ada beberapa risiko spesifik yang perlu Anda perhatikan jika melakukan trading Bitcoin. Hal ini sangat berkaitan dengan model Bitcoin sebagai mata uang kripto yang terdesentralisasi dan harganya sangat volatil.
Lantas, apa sajakah cara yang bisa dilakukan untuk mengatur manajemen risiko dalam trading Bitcoin?
1. Waspadai Risiko Counterparty
Dalam dunia hukum dan keuangan, counterparty juga dikenal sebagai mitra pengimbang atau pihak lawan. Trading Bitcoin nyatanya tak cuma melibatkan Anda sebagai trader, tapi juga memerlukan peran Exchange sebagai perantara. Nah, Exchange tak bisa memproses transaksi Bitcoin jika tidak memiliki private key Anda. Karena memiliki akses terhadap informasi personal sepenting itu, Anda perlu mencari Exchange yang benar-benar terpercaya. Sedikit saja terjadi kebocoran pada sistem keamanan Exchange, data private key Bitcoin Anda bisa dicuri oleh penjahat cyber.
Selain menerapkan langkah-langkah terukur dalam memilih Bitcoin Exchange terbaik, Anda dapat mengantisipasi risiko counterparty dengan mengaplikasikan kiat-kiat lanjutan berikut:
-Jangan sisakan Bitcoin di akun Exchange jika tidak sedang trading.
-Batasi ukuran trading, usahakan tidak melibihi 20 sampai 30% dari seluruh portofolio Anda.
-Lakukan diversifikasi risiko dengan membagi dana Anda di beberapa Exchange.
2. Hindari Overtrading
Saat trading Bitcoin, salah satu prinsip terpenting untuk mengamankan akun dari risiko adalah “utamakan kualitas daripada kuantitas”. Artinya, berapa besar ukuran trading dan berapa kali Anda membuka posisi tidaklah terlalu penting. Yang patut diprioritaskan adalah kapan Anda bisa entry di saat tepat. Kalau sudah menemukan caranya, profit akan dapat diraih tanpa Anda harus membuka posisi setiap waktu.
Misalnya saja, Anda adalah tipe news trader yang menganggap jika peluang terbaik ada saat harga dipengaruhi oleh berita berdampak besar. Anda tidak akan masuk ketika pasar sedang sepi karena tidak banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Jika Anda bisa selalu mematuhi aturan tersebut, berarti Anda sudah berhasil mengutamakan kualitas karena tidak asal mencari peluang di kondisi pasar yang kurang meyakinkan. Trader yang terjerat overtrading biasanya akan selalu beraksi di setiap kondisi, tak peduli bagaimana peluang yang sedang dihadapinya.
3. Atur Strategi Exit
Mengetahui posisi entry saja tak cukup untuk memastikan profit suatu order. Anda harus tahu kapan dan dimana posisi tersebut akan ditutup jika ingin mengunci keuntungan. Jangan sampai Anda menjadi trader yang sudah tahu cara masuk yang benar, tapi masih kebingungan mencari jalan keluar. Jika tidak hati-hati, profit yang sebelumnya terkumpul bisa ludes termakan pergerakan harga yang sudah berbalik dan melawan posisi Anda.
Pertimbangan mengatur strategi exit sebenarnya cukup pelik; jika keluar terlalu cepat artinya Anda tertipu oleh koreksi sementara, jika terlalu lambat Anda akan menderita kerugian besar karena keliru melihat sebuah reversal sebagai koreksi.
Karena kerumitan tersebut, strategi exit sebaiknya diatur dengan kepala dingin, bukan saat order sudah berjalan dan Anda panik melihat status transaksi yang sedang merah. Strategi exit bisa diatur sesuai metode yang Anda jalankan untuk mencari titik entry. Katakanlah Anda menerapkan strategi trend following yang mencari peluang dengan cara mengikuti trend saat ini, maka titik exit seharusnya ditempatkan di level yang diperkirakan menjadi poin reversal.
Selain cara di atas, strategi exit juga bisa disesuaikan langsung dengan batas toleransi risiko dan target keuntungan Anda. Sebagai contoh, Anda bisa menanggung kerugian terbesar 100 pip dan menginginkan profit 150 pip untuk setiap posisi. Maka strategi exit yang bisa direncanakan dari aturan tersebut adalah, tempatkan stop loss 100 pip dari level entry dan take profit 150 pip dari posisi open.
4. Jangan Sembarangan Memilih Leverage
Leverage memang bisa memberikan kemampuan trading melebihi dana yang Anda punya. Namun semakin besar leverage yang Anda gunakan, semakin kecil pula margin yang dapat difungsikan sebagai penahan dari risiko loss.
Dengan kata lain, percuma Anda menggunakan leverage yang bisa mengungkit kemampuan trading jadi 100 kali lipat lebih besar dari modal sebenarnya, jika 1% pergerakan harga yang melawan posisi Anda bisa melahap seluruh dana di akun trading.
Mengingat volatilitas harga Bitcoin yang cenderung liar, menggunakan leverage tinggi jelas sangat berisiko. Idealnya, leverage dalam trading Bitcoin berkisar di tingkatan 1:2, 1:3, dan sejenisnya. Leverage di atas 1:5 saja biasanya sudah dikatakan lumayan berisiko untuk trading Bitcoin.
5. Antisipasi Perubahan Sedini Mungkin
Kekhawatiran rugi dan melewatkan kesempatan adalah musuh terbesar trader. Seringkali, ketamakan membuat trader tak sadar telah melakukan buy saat harga sudah memuncak, atau membuka posisi sell ketika harga sudah terbenam di lantai dasar.
Oleh karena itu, Anda sebaiknya belajar mengidentifikasi harga ketika ia sudah membentur level teratas atau terbawah. Dalam analisa teknikal, istilah ini bisa juga disebut sebagai overbought (jenuh beli) dan oversold (jenuh jual).
Setelah itu, Anda dapat merespon situasi tersebut dengan melakukan sell di puncak atau buy di dasar. Dengan demikian, Anda bisa meminimalisir risiko ketinggalan trend dan open posisi di saat yang tidak tepat.