5 Risiko Bitcoin Yang Perlu Anda Waspadai
Bitcoin
Layaknya instrumen keuangan lain yang lebih dulu ada, Bitcoin tak hanya membawa potensi, tapi juga risiko. Harga mata uang virtual ini memang menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan, tapi ada nilai minus yang membuat penggunaan Bitcoin masih perlu diwaspadai. Baik sebagai alat pembayaran online maupun aset investasi, berikut ini 5 risiko Bitcoin yang masih membebani penggunaannya:
1. Keamanan Penyimpanan Bitcoin Belum Maksimal
Bitcoin disimpan dalam sebuah wallet virtual yang bisa dipasangi private key sebelum digunakan. Namun karena data seperti itu tersimpan dalam jaringan internet, keamanannya tentu saja sangat rawan diretas oleh para penjahat cyber.
Beberapa kasus pembobolan Bitcoin pernah terjadi dan merugikan pengguna hingga jutaan Dolar AS. Tak tanggung-tanggung, hacker tak lagi menarget wallet secara individual, tapi menyasar situs penyedia wallet dan bursa Bitcoin yang membawahi banyak nasabah. Inputs.io serta Mt. Gox adalah contoh dari korban-korban hacker Bitcoin yang merasakan kerugian besar.
Alternatif penyimpanan wallet Bitcoin yang satunya pun tak luput dari risiko. Demi menghindari pembobolan lewat jaringan internet, para pengguna Bitcoin biasanya menggunakan aplikasi yang diinstall di PC atau yang biasa disebut sebagai wallet offline. Akan tetapi, jika pemilik sampai lalai merawat dan menjaga kepemilikan harddisk-nya, maka Bitcoin yang dipunyainya bisa hilang tak bersisa. Hal ini pernah dialami oleh James Howells yang kehilangan 7,500 Bitcoin setelah harddisk komputernya hilang.
2. Fluktuasi Nilai Mata Uang Sangat Tajam
Nilai Bitcoin sangat mudah terpengaruh oleh isu-isu global karena banyaknya jumlah investor yang kini menggunakan Bitcoin sebagai aset investasi. Ketika terdapat berita positif, investor ramai-ramai membeli Bitcoin, tapi begitu ada kabar negatif, tak sedikit pula yang melepas mata uang digital tersebut. Karena volume dan penyebaran Bitcoin masih belum merata, volatilitas harga pun bisa bergerak sangat tajam.
Dalam waktu satu hari, nilai Bitcoin bahkan bisa naik atau turun lebih dari 50%. Hal ini pernah terjadi ketika di akhir tahun 2013, nilai Bitcoin berubah dari $1,100 ke $500 hanya dalam beberapa jam setelah pemerintah China mengeluarkan larangan transaksi dengan Bitcoin.
Tak ayal, kesenjangan nilai yang cenderung merugikan transaksi keuangan pun sering terjadi. Contohnya, Anda membeli Bitcoin saat nilainya masih dapat digunakan untuk membeli 1 laptop di pagi hari, tapi di malam hari nilainya bisa merosot tajam hingga ditukarkan untuk membeli 1 flashdrive pun tak bisa. Bagi para trader, pergerakan seperti ini juga membahayakan karena kerugian besar bisa terjadi dalam waktu sangat singkat.
3. Rawan Penipuan
Percaya atau tidak, konsep penggunaan Bitcoin sebagai mata uang digital belum merata di semua kalangan masyarakat. Hanya mereka yang paham dan mengikuti perkembangan teknologi saja yang sudah mengerti seluk-beluk Bitcoin yang sebenarnya. Meskipun demikian, kabar mengenai potensi Bitcoin ternyata lebih cepat sampai ke telinga investor. Banyak di antara mereka kemudian berkeinginan membeli Bitcoin tanpa benar-benar tahu apa itu sebenarnya Bitcoin.
Inilah risiko yang selalu menjangkiti investasi baru. Jika terendus oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab, maka ketidaktahuan para investor bisa dimanfaatkan untuk mendukung tindak penipuan mereka. Saat ini saja sudah banyak contoh kasus scam yang awalnya berjanji bisa mengelola Bitcoin investor dan menghasilkan return bulanan. Ketika ditekuni selama beberapa bulan, bisnis abal-abal seperti ini biasanya akan menghilang dan membawa kabur dana nasabahnya.
4. Belum Universal
Secara online, merchant yang menerima pembayaran Bitcoin memang bertambah banyak. Penggunaan mata uang kripto tersebut di situs-situs jual beli online populer bahkan bisa dikatakan tinggal menunggu waktu.
Namun nyatanya, Bitcoin masih belum cukup akrab di kalangan merchant offline. Sifatnya sebagai mata uang terdesentralisasi yang tidak terpusat di otoritas manapun membuatnya kurang dipercayai masyarakat. Oleh karena itu, Bitcoin sebagai alat pembayaran masih sangat terbatas area berlakunya.
5. Berbahaya Bagi Ekonomi Negara
Salah satu alasan mengapa pengkajian Bitcoin berjalan alot di beberapa negara adalah sistemnya yang bebas biaya transaksi dan pajak. Padahal, beberapa negara ada yang menggantungkan pendapatan mereka dari penerimaan pajak masyarakat.
Jika Bitcoin dilegalkan dan beredar di masyarakat, tentu banyak orang akan beralih menggunakan mata uang virtual ini. Akibatnya, pendapatan negara bisa berkurang dan menyebabkan tersendatnya pembiayaan kebutuhan negara.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, penggunaan Bitcoin terbukti bisa mendatangkan risiko yang perlu diwaspadai. Jika Anda berencana menjadi investor Bitcoin, sebaiknya jangan tukarkan seluruh aset Anda untuk membeli Bitcoin. Dalam hal ini, ingat asas “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang”, karena jika keranjang jatuh, maka semua telur akan pecah. Sebaiknya, gunakan teknik diversifikasi risiko untuk mengantisipasi kerugian dari penggunaan Bitcoin.