Won Memimpin Penurunan Mata Uang Asia terhadap Dolar
Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar pada hari Senin ini, karena data menunjukkan ekonomi Tiongkok yang melambat pada akhir tahun lalu, menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus di tengah perang dagang antara Tiongkok dan AS yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh sebesar 6,4 persen pada kuartal keempat dari tahun sebelumnya, dengan kecepatan yang melambat yang terakhir terlihat pada awal 2009 selama krisis keuangan global dan memicu kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi global.
Namun, OCBC Bank mengatakan bahwa tingkat selera risiko untuk valas Asia akan dibatasi untuk jangka pendek oleh “overhang” dari perlambatan makro global.
Baca juga: Tahun Baru Membawa Harapan Baru bagi Mata Uang Asia
Dolar telah melayang di dekat level tertingginya selama dua minggu terhadap beberapa pasangan mata uang, didukung oleh pemulihan berkelanjutan dalam selera risiko investor yang mendorong imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatannya terhadap enam mata uang utama, stabil di angka 96,315 setelah naik menjadi ke 96,394 persen pada hari Jumat lalu, level terkuat sejak 4 Januari silam.
Di antara mata uang Asia, won Korea memimpin penurunan, berkurang sebanyak 0,6 persen menjadi 1.128,10 terhadap dolar, menuju level terlemahnya dalam dua minggu ini, setelah data menunjukkan bahwa angka ekspor negara tersebut akan menurun untuk dua bulan berturut-turut.
Rupee India turun sebanyak 0,5 persen menjadi 71,52 terhadap dolar, menuju level terlemahnya dalam lebih dari sebulan ini, sementara rupiah Indonesia merosot hingga 0,4 persen menjadi 14,220 per dolar, dan keduanya dipengaruhi oleh kenaikan biaya impor minyak.
Harga minyak mentah naik ke level tertingginya untuk 2019 setelah data menunjukkan pemrosesan kilang di Tiongkok, negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia, naik kembali menuju angka yang sama dengan rekor tertingginya pada 2018 lalu, meskipun terjadi perlambatan ekonomi pada tahun lalu.
Penurunan harga yang lebih lanjut ini pun didukung oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), kata para analis.
Baca juga: Saat Fed Menggerakkan Rally Global, Mata Uang Asia Tertinggal
Peso Filipina kembali melemah untuk sesi keempatnya secara berturut-turut, menambah kehilangan sebesar 0,4 persen.
Baht Thailand juga berkurang sebanyak 0,2 persen setelah angka ekspor negara tersebut turun selama dua bulan berturut-turut sejak bulan Desember, berbeda dengan perkiraan analis yang memperkirakan akan munculnya kenaikan kecil.
Sementara pada hari Senin ini Malaysia belum mengumumkan nilai mata uangnya karena masih menjalani hari libur.
Sumber: nasdaq.com