Trump Menyeret Dolar Ke Titik Dominan Sebelum Pertemuan dengan Xi di G-20. Jangan berharap banyak kelonggaran dari pejabat AS mengenai mata uangnya, bahkan ketika dolar mendekati level terendah tiga bulan menjelang pertemuan puncak G-20 yang penting minggu ini.
Presiden Donald Trump percaya dolar terlalu kuat, seorang pejabat senior administrasi mengatakan pada Selasa. Pekan lalu, Trump menuduh Eropa dan Tiongkok melemahkan mata uang mereka untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Bank-bank Wall Street bahkan mulai memikirkan risiko bahwa AS bisa berusaha untuk mendorong dolar lebih rendah. Dengan kandidat presiden dari Partai Demokrat Elizabeth Warren mengusulkan untuk “mengelola secara aktif” mata uang tersebut tentunya akan menjadi topik mendalam tentang pemilu.
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral bulan ini sepakat bahwa perang mata uang bukan kepentingan siapa pun. Namun, karena penurunan nilai tukar dapat mengimbangi dampak tarif ekspor-impor suatu negara – sesuatu yang diakui Trump sendiri – mata uang merupakan komponen penting dari pembicaraan perdagangan, kata Zach Pandl dari Goldman Sachs Group Inc. Itu berarti valuta asing akan menjadi topik hangat pada pertemuan G-20 di Osaka.
“Mata uang benar-benar harus menjadi bagian dari kesepakatan perdagangan apa pun karena sudah jelas mata uang akan memainkan peran kunci dalam menyeimbangkan kembali defisit perdagangan antara dua negara,” kata Pandl. “Semakin banyak aksi terhadap tarif ekspor-impor, semakin besar kemungkinan administrasi Trump untuk fokus pada dampak bagi pasar mata uang.”
Baca juga: Dolar yang Melemah Mengabarkan Angin Segar bagi Pasar Negara Berkembang
Para pejabat sudah memikirkan beberapa langkah ke depan. Bulan lalu, pemerintah mengusulkan pajak barang dari negara-negara dengan mata uang undervalued – aturan yang cukup mengejutkan para pejabat Departemen Keuangan. AS juga telah mengusahakan pakta stabilitas yuan sebagai bagian dari kesepakatan akhirnya dengan Tiongkok, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Berikut adalah beberapa poin tekanan menjelang KTT :
Dolar yang Mahal
Valuasi mata uang telah muncul sebagai poin penting bagi Trump, yang men-tweet bulan ini bahwa devaluasi euro telah “sangat merugikan AS.” Dia menguatkan kritiknya pekan lalu setelah Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan kemungkinan perlunya stimulus tambahan.
Untuk beberapa pengamat mata uang, Trump mungkin ada benarnya: Indeks Federal Reserve yang membebani dolar terhadap mitra dagang terbesar AS adalah 2% di bawah rekor tahun 2002.
Yuan Tiongkok juga telah memicu kemarahan Trump. Setelah AS menaikkan tarif impor Tiongkok $200 miliar bulan lalu, yuan melemah menuju angka 7 per dolar – level yang belum pernah tercapai lagi sejak krisis keuangan. Dolar-yuan telah stabil di dekat angka 6,88 menjelang pertemuan yang dijadwalkan antara Trump dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Dia menuduh Tiongkok telah men-devaluasi lagi mata uangnya pada hari Rabu.
Risiko Intervensi
Retorika yang berkembang pesat membuat beberapa analis mempertimbangkan kemungkinan pemerintahan Trump akan mengambil tindakan. AS belum melakukan intervensi di pasar FX sejak 2011 ketika melakukan hal itu sebagai bagian dari upaya internasional setelah yen melonjak akibat gempa bumi dahsyat di Jepang. Sekarang Bank of America Corp. melihat peningkatan kemungkinan pemerintah AS akan ‘menjual’ dolar.
“Ada kemungkinan pemerintah mempertimbangkan intervensi mata uang dengan dalih stabilisasi dolar,” ekonom BofA Michelle Meyer dan ahli strategi FX Ben Randol dan Adarsh Sinha menulis dalam sebuah catatan pekan lalu. “Intervensi berkelanjutan tidak pernah terjadi sebelumnya di era modern dan mungkin akan memiliki konsekuensi yang signifikan.”
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G-20 bulan ini menegaskan kembali komitmen untuk menahan diri dari devaluasi kompetitif. Namun, seperti ditulis analis BofA, AS dapat membenarkan intervensi sebagai cara untuk melawan volatilitas pasar.
Kebijakan ‘Wildcard’
JPMorgan Chase & Co. juga memikirkan ide tersebut. Satu wildcard untuk paruh kedua 2019 adalah Gedung Putih menjadi lebih aktif dalam kebijakan mata uang, termasuk kebijakan intervensi pasar, menurut tulisan beberapa analis termasuk Daniel Hui dalam catatan 21 Juni.
Baca juga: Dolar Menyentuh Posisi Terendah Tiga Bulan pada Taruhan Pemotongan Suku Bunga AS
“Apakah ini hanya fokus sementara yang lebih ditujukan untuk mengkritik kebijakan Fed, atau bentuk baru yang permanen dalam kebijakan ekonomi internasional masih harus dilihat,” catat mereka. “Intervensi langsung untuk melemahkan dolar mungkin memiliki dampak bearish yang signifikan.”
Terlebih lagi, di antara para kandidat yang berkampanye untuk pemilu 2020, bukan hanya Trump yang memberi perhatian pada dolar.
Dalam sebuah rencana kebijakan yang dirilis bulan ini, Senator AS mengutip manajemen mata uang oleh negara lain dan menyalahkan investor asing dan bank sentral karena telah “menaikkan nilai mata uang kami untuk keuntungan mereka sendiri” menggunakan bahasa gaul Trump untuk mengeluh tentang praktik-praktik kebijakan negara lain.
Sumber: Bloomberg