Theresa May Beri Ruang Parlemen Untuk Awasi Brexit, Poundsterling Akhirnya Bangkit

Berita Forex

GBP/USD berhasil meninggalkan poin terendah 31 tahun terakhirnya pada Rabu (12/10) ini.Pemicunya tak lain dan tak bukan adalah keputusan Perdana Menteri Theresa May untuk memberi kesempatan Parlemen turut berembuk perihal proses Brexit. Seperti apa cerita selengkapnya? Dirangkum dari berita forex Investing, inilah laporan terbaru tentang isu Brexit dan pengaruhnya terhadap gerak Poundsterling.

poundsterlling bangkit

Theresa May Beri Ruang Bernafas Untuk Poundsterling
Sterling tercatat reli sebanyak 1.2% terhadap Greenback, dan menorehkan peningkatan ke level 1.2270. Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan dalam berita forex, GBP/USD sempat tesandung di posisi 1.2086 pada hari Selasa (11/10), dan dikhawatirkan bisa mengulang kembali jebloknya harga ke area terendah 31 tahun.

Namun demikian, keputusan Theresa May berhasil menolong Cable setelah ia memberi jalan bagi Parlemen untuk ikut serta dalam pengawasan pelaksanaan Brexit. Berita forex yang memuat info terbaru ini juga menjalaskan bahwa nantinya, Parlemen juga akan berwenang untuk memantau May sebelum ia berunding membahas rencana pemisahan diri dari Uni Eropa di forum Internasional.

Mengapa pasar tampak bersorak menyambut berita forex yang menyiarkan perubahan ini? Tampaknya, kecenderungan Theresa May dalam membawa Inggris menghadapi Brexit dikhawatirkan bakal memicu langkah ‘hard Brexit’, yang bisa berimbas buruk bagi perdagangan dan investasi mancanegara Inggris. Kondisi positif dari kedua sektor tersebut memang sedang sangat dibutuhkan untuk menutupi lubang neraca berjalan, yang defisitnya sangat besar hingga dinyatakan sebagai salah satu yang terparah dari capaian negara maju dalam periode ini.

GBP Belum Dapat Bersorak Lega
Masih dalam berita forex terkait, Hans Redeker dari Morgan Stanley mengamati bahwa meskipun kebijakan pemerintah saat ini tampak berupaya menstabilkan market, namun masih ada kecemasan tentang tendensi Partai Konservatif May yang menginginkan pemisahan total dari Uni Eropa. “Semua kericuhan yang timbul, bahkan ketika negosiasi untuk pemberlakuan Pasal 50 belum dimulai, pada akhirnya lebih menguntungkan pihak UE. Oleh karena itu, rebound Sterling hanya akan terjadi dalam range terbatas, untuk kemudian diikuti oleh gerak penurunan,” demikian ungkap pimpinan strategi mata uang di Morgan Stanley tersebut.

Dolar AS Masih Bisa Terus Menguat
Sementara di AS, pasar tengah menantikan rilis berita forex tentang notulen FOMC, untuk melihat apakah ada tanda-tanda lebih lanjut tentang rencana kenaikan suku bunga Desember. Ekspektasi untuk keputusan itu masih saja kuat, dengan 70% tingkat kemungkinan mendukung tembusnya kebijakan tersebut.

Namun demikian, Rabobank mengingatkan pasar untuk tidak terlena dulu dengan positifnya beragam berita forex tentang USD dan potensi suku bunga AS. “Mengingat proyeksi kenaikan suku bunga Desember belum maksimal, cukup wajar untuk berasumsi jika Dolar masih berpotensi terus menguat hingga akhir tahun. Walaupun begitu, bullish Greenback akan dibatasi oleh persepsi terhadap langkah pengetatan The Fed yang dilakukan bertahap dan dalam langkah pelan,” komentar Rabobank.