Pound diperdagangkan pada level terendah dalam dua minggu versus Dolar pada hari Jumat ini (16/12) di kisaran 1.2424, setelah pada Kamis malam waktu Indonesia Barat, Bank of England memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuannya. Putusan yang diambil tepat sehari pasca pengumuman kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve, ini menggarisbawahi divergensi kebijakan antara kedua bank.
Inflasi Tinggi Akan Lampaui Target
Pada pernyataan pasca rapat, Bank of England menyatakan kesembilan anggota komite perancang kebijakan moneternya mufakat untuk membiarkan suku bunga pada level 0.25%. Selain itu, disepakati juga untuk tidak mengusik target program pembelian obligasi pada 435 milyar Pounds, sembari melanjutkan rencana barunya untuk melakukan pembelian obligasi korporasi hingga 10 milyar Pounds.
Di saat yang sama, bank sentral yang dipimpin Mark Carney itu menilai bahwa tekanan inflasi masih tinggi. Target inflasi 2 persen diperkirakan akan tercapai dalam enam bulan ke depan. Posisi sterling dan harga minyak diekspektasikan bakal menghasilkan inflasi yang lebih rendah dibanding perkiraan dalam laporan inflasi bulan November, tetapi tekanan tetap dianggap cukup tinggi hingga bakal melewati target di tahun 2017 dan 2018.
Sebagaimana diketahui, data inflasi Inggris bulan November menunjukkan inflasi melonjak ke level 1.2% year-on-year, tertinggi dalam dua tahun, akibat jatuhnya Pounds sejak Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dalam referendum Juli.
Sebagai imbas dari outlook yang disampaikan BoE, Pounds pun langsung melorot. Bukan hanya turun terhadap Dolar AS, pair EUR/GBP pun menanjak ke 0.8388 dan GBP/JPY longsor ke 146.34.
Data Ekonomi Masih Dukung Dolar
Di sisi lain, Dolar AS terus menanjak versus mata uang mayor. Indeks Dolar mencetak rekor tertinggi 14-tahun baru, masih dipicu oleh keputusan bank sentralnya kemarin untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. USD/JPY reli 1.15% ke 118.37, sedangkan USD/CHF naik nyaris 1 persen ke 1.0299. AUD/USD melandai sekitar 0.6% ke 0.7363, dan NZD/USD pun mundur lebih dari 1 persen ke 0.7037.
Data-data ekonomi dua hari ini pun masing mendukung penguatan Greenback. Indeks Philly FED Manufaktur untuk bulan Desember melonjak ke 21.5, jauh di atas ekspektasi 9.0 maupun keluaran periode sebelumnya pada 7.6. Sementara itu, data TIC Net Long-Term Transactions untuk bulan Oktober tercatat berubah positif pada 9.4 milyar, dari periode sebelumnya yang mengalami -26.2 milyar.