Pembatasan Kerja di Tiongkok Dicabut, Sebagian Mata Uang Asia Menguat
Sebagian besar mata uang Asia yang muncul menguat pada hari Senin ketika pemerintah Tiongkok mencabut beberapa pembatasan kerja dan menerapkan langkah-langkah yang untuk mendukung kegiatan ekonominya, meskipun kekhawatiran mengenai wabah virus masih bertahan karena jumlah korban kematian yang meningkat.
Para pekerja mulai kembali bekerja di kantor dan pabriknya di sekitar Tiongkok pada hari Senin ketika pemerintah melonggarkan beberapa pembatasan bekerja setelah penyebaran virus corona yang sekarang sudah menewaskan lebih dari 900 orang, yang sebagian besar terjadi di daratan.
Yuan Tiongkok naik 0,2% menjadi 6,988 per dolar, didukung oleh adanya permintaan perusahaan yang kuat untuk mata uang lokal pada hari kerja pertama sejak liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang.
Jingyi Pan, ahli strategi pasar di IG Asia, mengatakan bahwa mata uang Asia menerima jeda dari suntikan likuiditas segar oleh bank sentral dan data inflasi factory-gate Tiongkok yang sesuai dengan harapan untuk bulan Januari.
Baca juga: Wabah Corona Bisa Melambat Mata Uang Asia Sedikit Terangkat
Para pedagang mengatakan kepada Reuters bahwa bank sentral Tiongkok mendapat suntikan sekitar 900 miliar yuan ($ 128,77 miliar) dalam pasar melalui membalikkan operasi repo pada hari Senin. Suntikan ini juga akan diberlakukan sebagai dana khusus untuk bank yang memberikan pinjaman kembali kepada para pelaku bisnis yang sedang memerangi virus corona.
Sementara mata uang negara yang terkemuka di wilayah ini, peso Filipina, menguat 0,4% menjadi 50,75 melawan greenback.
“Peso itu cukup ulet. Mungkin hubungan ekonomi ke Tiongkok sedang relatif lebih rendah dan karena itu, risiko penurunan pun dianggap lebih rendah. Kisah pertumbuhan ekonomi di Filipina dan Indonesia telah menjadi salah satu yang terbaik di kawasan ini, ” kata Sim Moh Siong, ahli strategi FX di Bank of Singapore.
Namun, Siong memperingatkan ketahanan di beberapa daerah yang mana mata uangnya telah tertinggal dalam aksi jual dan bisa retak jika kekhawatiran seputar wabah virus meningkat.
Dolar Taiwan naik tipis 0,1%, sedangkan rupee India menguat 0,2%.
Pasar sekarang akan berfokus pada rilisnya angka inflasi untuk India pada hari Rabu, yang kemungkinan akan menunjukkan tingkat inflasi yang naik mendekati level puncaknya dalam enam tahun pada Januari karena harga makanan yang tetap tinggi.
Baca juga: Pasar Asia Jatuh Karena Kekhawatiran Terhadap Virus Corona yang Membebani Sentimen
Dolar Singapura goyah antara keuntungan dan kerugian selama sesi. Negara tersebut pada hari Jumat mengangkat tingkat peringatannya terhadap penyebaran virus corona ke warna oranye dan melaporkan lebih banyak kasus yang sebelumnya tidak terkait dengan infeksi atau bepergian ke Tiongkok.
Pemerintah Singapura pada pekan lalu mengatakan bahwa mata uangnya memiliki ruang pelemahan untuk mengakomodasi setiap pukulan ekonomi. Unit lokal memiliki kehilangan sekitar 3,2% sepanjang tahun ini.
Rupiah Indonesia tergelincir 0,3%, sedangkan Won Korea Selatan melemah 0,2% dan Ringgit Malaysia turun 0,1%.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan pada hari Senin bahwa tingkat ekonomi diperkirakan akan meningkat sebesar 4,8% pada tahun ini, mempertahankan perkiraan pemerintah karena pemerintah sedang bersiap untuk potensi perlambatan ekonomi global terkait dengan wabah virus corona.
Pasar keuangan di Thailand ditutup dalam rangka liburan.
Sumber: Reuters
