Pejabat senior Bank Sentral Eropa (ECB) Jum’at kemarin (7/10) mengisyaratkan kesiapan pihaknya untuk terus mendukung program pembelian asetnya yang bernilai hingga 1.7 triliun Euro. Kabar ini kembali memupus isu tapering yang belum lama beredar, sekaligus berpotensi memancing perlawanan baru dari Jerman yang selama ini cenderung menentang kebijakan stimulus ECB. Seperti apakah cerita lengkapnya? Berikut ini berita forex tentang pernyataan terbaru ECB terkait arah kebijakan mereka, sebagaimana dihimpun dari reportase Nasdaq.
Masih Setia Pertahankan Stimulus
Konfirmasi langkah ECB kali ini dilontarkan oleh Peter Praet, pakar ekonomi ECB, yang pada Jum’at lalu meyakinkan bahwa pihak bank sentral saat ini “tengah secara ketat memantau perkembangan kondisi ekonomi dan pasar finansial”. Dalam berita forex terkait, ia juga tak lupa menekankan determinasi ECB untuk mempertahankan stimulus hingga inflasi bertumbuh secara meyakinkan. “Kalau perlu, kami tidak akan segan memanfaatkan semua instrumen yang tersedia dalam jangkauan mandat,” demikian ungkap Praet.
Sebelum Peter Praet berkomentar, pasar sudah menyimpulkan hal senada dari berita forex yang merangkum hasil rapat ECB sehari sebelumnya. Para anggota dewan bank sentral Eropa mengkhawatirkan kegagalan program pembelian aset untuk menstimulasi inflasi, sehingga memicu dukungan luas terhadap perpanjangan upaya tersebut. Sementara itu, proyeksi inflasi Zona Euro untuk beberapa bulan ke depan mencerminkan target pertumbuhan secara gradual; 1.2% di tahun depan dan 1.6% untuk 2018.
Bantah Isu Tapering
Mengapa pejabat ECB merasa perlu mengeluarkan konfirmasi tambahan jika notulen rapat sudah mengindikasikan kelanjutan dukungan terhadap kebijakan stimulus? Hal itu rupanya berkaitan dengan rumor di berita forex yang sempat mengguncang pasar finansial beberapa hari menjelang rilis hasil rapat ECB. Menurut laporan yang pertama kali dipublikasikan dalam berita forex Bloomberg, Bank Sentral Eropa tersebut sepakat untuk mengurangi pembelian aset secara bertahap.
Sebagian besar ekonom tak meyakini isu tersebut, dan justru memprediksikan ECB bakal mengambil langkah sebaliknya, dengan memperpanjang masa berlaku program stimulus. Salah satu anggota dewan ECB, Vitas Vasiliauskas, kemudian meyakinkan jika sampai saat ini belum ada diskusi apapun tentang berakhirnya upaya pembelian aset. “Kami tak membahas apapun (terkait hal itu). Saya terkejut dengan interpretasi media yang seperti ini,” kata Vasiliauskas dalam sebuah wawancara bersama The Wall Street Journal.
Secara keseluruhan, sinyal yang bisa didapat dari notulen dan komentar-komentar pejabat ECB di atas sejalan dengan persepsi Gizem Kara, ekonom BNP Paribas berikut ini: “Kebijakan pelonggaran lebih lanjut akan segera terdengar tak lama lagi.”
Kembali Picu Perkara Dengan Jerman
Meski berhasil menenangkan pasar dengan hasil rapat dan pernyataan anggota-anggotanya, keputusan ECB kali ini tetap membawa dampak negatif: Berpotensi menimbulkan pertentangan baru dari Jerman. Seperti yang telah banyak diketahui sebelumnya dalam berbagai berita forex, cara ECB mengungkit perekonomian kawasan berkali-kali ditentang oleh pemerintah Jerman.
Sejauh ini, ECB telah berupaya memotong suku bunga acuan sampai ke zona negatif, serta membeli obligasi pemerintah dan swasta hingga senilai 80 milyar Euro. Semua itu dilakukan dengan harapan untuk menumbuhkan geliat perekonomian.
Akan tetapi, kebijakan easy-money seperti itu berulang kali dikritik Jerman, yang mencemaskan pengaruh buruk suku bunga super rendah terhadap kondisi negerinya. Pada catatan di sebuah berita forex, Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schäuble, telah memberikan peringatan baru yang menyatakan bahwa bank-bank sentral saat ini sudah mendekati limit kemampuan mereka untuk mencegah terjadinya hal buruk akibat diterapkannya kebijakan ECB.
Dalam pidatonya di Washington, Schäuble mengungkapkan bahwa langkah ECB telah memperparah risiko jangka menengah di pasar finansial, dengan memeras profit bank-bank dan menyusutkan insentif pemerintah. “Melonggarkan kebijakan fiskal… tak akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Zona Euro dalam jangka waktu lama,” sebutnya.
ECB sendiri berupaya mengajak semua pemerintah di negara-negara Zona Euro untuk turut mendukung kebijakan mereka dengan melakukan reformasi perekonomian. Bulan lalu, pimpinan ECB Mario Draghi menunjuk Jerman sebagai negara yang sanggup menyisihkan ruang dari anggaran belanja pemerintah untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Ia berhasil melunakkan berbagai kritisi setelah sebelumnya berhadapan dengan para anggota parlemen Jerman, yang menderanya dengan berbagai protes terkait kebijakan suku bunga rendah ECB, serta dampaknya terhadap Negeri dengan ekonomi terbesar di Zona Euro tersebut.