Pengertian Neraca Perdagangan Internasional
Neraca Perdagangan Internasional? Neraca Perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan impor suatu negara dalam perdagangan internasional. Apabila nilai ekspor suatu negara lebih besar dibanding impor, berarti negara itu mengalami neraca dagang surplus (Positive Trade Balance). Sedangkan jika nilai impor lebih besar dibanding ekspor, berarti terjadi neraca dagang defisit (Negative Trade Balance). Pengertian Neraca Perdagangan ini mencakup ekspor impor barang maupun jasa dalam lingkup perdagangan internasional saja, dengan tidak memperhitungkan transaksi domestik.
Di seluruh dunia, Neraca Perdagangan setiap negara memiliki status berbeda-beda. Berikut ini contoh data Neraca Perdagangan internasional berikut status defisit atau surplus masing-masing.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan
Secara teoritis, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Neraca Perdagangan Internasional suatu negara. Diantaranya:
- Biaya produksi di negara importir versus negara eksportir. Umpamanya biaya produksi tekstil di negara A lebih mahal ketimbang biaya produksi tekstil di negara B, maka industri garmen negara AS akan cenderung mengimpor tekstil daripada membeli produk lokal.
- Ketersediaan bahan mentah (bahan baku). Umpamanya negara X ingin memproduksi pipa besi berkualitas tinggi, tetapi di wilayahnya tidak tersedia tambang bijih besi, sehingga harus mendatangkan dari luar negeri.
- Nilai tukar mata uang. Negara dengan nilai tukar mata uang mahal, maka daya saingnya dalam perdagangan internasional akan cenderung rendah. Sedangkan negara dengan nilai tukar lemah, justru memiliki daya saing lebih tinggi karena harga produknya akan menjadi lebih murah bagi pengguna mata uang berbeda.
- Standarisasi Barang Impor. Penerapan standar tertentu bagi barang impor atau barang yang diperbolehkan beredar bisa menjadi hambatan bagi suatu negara untuk mengekspor barangnya ke negara lain.
- Tarif impor atau ekspor. Penerapan bea impor oleh suatu negara merupakan suatu langkah yang dapat diambil untuk menanggulangi defisit Neraca Perdagangan. Sedangkan apabila dikhawatirkan akan ada ekspor barang vital, maka pemerintah bisa mematok tarif ekspor tinggi guna mencegah pengirimannya ke luar negeri.
Keempat faktor tersebut merupakan komponen utama yang dapat menentukan apakah aliran ekspor atau impor yang akan lebih unggul dalam Neraca Perdagangan Internasional suatu negara. Namun, setiap tindakan ekspor maupun impor biasanya harus pula disertai ijin dari pihak berwenang, sehingga kebijakan pemerintah merupakan penentu utama.
Apabila suatu negara dilanda paceklik berat misalnya, maka dapat diputuskan untuk melakukan impor besar-besaran guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan jika industri dalam negeri dianggap dalam kondisi kritis dan perlu dilindungi dari banjir barang impor murah, maka pemerintah bisa menerapkan bea impor tinggi atau melarang impor sama sekali. Namun, perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan pemerintah terkait Neraca Perdagangan dapat pula berimbas jauh melampaui bidang-bidang yang ditarget.
Contohnya langkah yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump baru-baru ini. Pada awal tahun 2018, ia mengumumkan akan mengenakan bea impor atas logam besi baja dan aluminium. Tujuannya untuk melindungi industri logam Amerika Serikat. Namun, kebijakan tersebut diprotes oleh industri manufaktur, seperti perusahaan-perusahaan otomotif, kulkas, dan lain sebagainya, karena akan mengakibatkan kenaikan harga bahan baku mereka. Bagi masyarakat AS pun, kebijakan itu akan mengakibatkan harga-harga berbagai barang meningkat. Oleh karenanya, langkah ini dianggap buruk dan membuat investor melepas saham-saham AS, serta mengakibatkan Dolar AS melemah.
Baca Juga: Jika Perang Dagang Berkobar, Siapakah Yang Akan Menang?.