Morgan Stanley: Reli Pounds Rapuh, EUR/GBP Rawan Koreksi

Berita Forex

morgan-stanley-reli-pounds-rapuh

Pounds telah mengungguli Euro selama sekitar dua bulan terakhir ini, dan hari Kamis lalu (25/11) mencapai 1.18 untuk pertama kalinya dalam periode tersebut. Namun, analis di Morgan Stanley, salah satu bank multinasional dan pemain forex terbesar di dunia, mengingatkan bahwa reli yang dialami oleh Pounds pada pair EUR/GBP boleh jadi rapuh.

Autumn Statement Dukung Reli Pounds

Kabar terbaru yang memperkuat reli Pounds datang dari Laporan Anggaran Tengah Periode (Autumn Statement) dari Menteri Keuangan Phillip Hammond. Menteri yang baru dilantik setelah Theresa May menduduki jabatan Perdana Menteri Inggris tersebut secara tak terduga mengumumkan peningkatan anggaran belanja untuk sektor-sektor paling produktif dalam perekonomian. Langkah tersebut disambut baik oleh pasar yang memandangnya sebagai “asuransi” menjelang kemungkinan perlambatan akibat Brexit dalam periode 2017-2020.

Akan tetapi, menurut Sheena Shah dari Morgan Stanley, gain GBP yang didorong oleh kabar tersebut semestinya hanya berlangsung dalam jangka pendek.

“Kami melihat GBP (akan) mempertahankan keunggulannya dalam jangka pendek. Pasar (melakukan) short pada GBP, sehingga setiap kenaikan yield obligasi dikarenakan anggaran pemerintah yang lebih besar dari ekspektasi, bisa membantu GBP juga. Pada umumnya, GBP telah menjadi sensitif pada ketajaman kurva (yield) obligasi, menjelaskan mengapa GBP unggul di tengah meluasnya reli Dolar AS.”

Risiko Brexit Masih Dicemaskan

Meski Sterling dinilai masih bullish dalam jangka pendek, analisa di bank investasi asal AS itu menyebutkan ancaman utama terhadap reli ini adalah kembalinya naik daunnya isu Brexit.

GBP sempat terperosok di awal Oktober ketika pertemuan Partai Konservatif memperkirakan pihak Pemerintah Inggris mempromosikan penerapan kendali imigrasi terhadap warga negara-negara Uni Eropa lainnya. Langkah tersebut berarti Inggris tak ragu untuk “mengorbankan” akses ke pasar Uni Eropa demi mempertebal tembok imigrasinya.

Namun, isu Brexit telah berubah perlahan sejak saat itu. Pasar mengambil pandangan yang lebih positif tentang prospek keluarnya Inggris dari pasar bersama Uni Eropa setelah PM May baru-baru ini menyatakan perusahaan-perusahaan tak perlu takut akan berada di tepi jurang mendadak saat Brexit. Hal itu diterjemahkan sebagai sinyal dari PM May bahwa bisa jadi akan ada masa transisi yang kemungkinan berlangsung selama beberapa tahun.

Pasar forex menyambut baik kabar tersebut, tetapi menurut Shah, “Pasar masih (melakukan) short GBP, sehingga ada penyesuaian posisi trading, dan tak boleh ada berita negatif lanjutan dari negosiasi Brexit agar GBP bisa rebound.”

Selain Brexit, ada satu lagi faktor tak terduga yang saat ini menopang Sterling, yaitu kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Seiring dengan kenaikan yield obligasi AS, obligasi Inggris pun menanjak melampaui surat berharga serupa terbitan Zona Euro. Ini juga termasuk faktor yang mendorong GBP/EUR bergerak naik.

Pelemahan Jangka Panjang Masih Dimungkinkan

Terlepas dari optimisme jangka pendek tersebut, forecast Morgan Stanley masih menyarankan agar mengantisipasi penurunan Sterling dalam masa lebih lama.

“Memasuki tahun 2017, GBP bisa melemah lagi karena kami memperkirakan investasi bisnis bakal menurun,” demikian disampaikan para analis.

Sementara itu, Euro diperkirakan bakal tetap kukuh di pair-pair cross, seperti EUR/GBP, karena bank-bank di Zona Euro tidak meningkatkan pinjaman luar negeri dalam jumlah yang cukup besar untuk mengimbangi surplus Current Account saat ini. Masa inflasi global yang diperkirakan akan tiba juga akan mengurangi perlunya ECB memperluas program Quantitative Easing (QE) hingga waktu tak terbatas.

Nilai tukar EUR/GBP diperkirakan bakal mencapai 0.98 di akhir tahun 2016, sebelum menurun ke 0.97 di kuartal pertama tahun 2017, dan kemudian pupus secara bertahap hingga 0.83 menjelang akhir tahun 2017. Atau dari perspektif Pound ke Euro, 0.98 = 1.0204, 0.97 = 1.0309, 0.83 = 1.2048.