Mayoritas Mata Uang Asia Melemah Sementara Dolar Bertahan
Sebagian besar mata uang Asia melemah pada hari Selasa kemarin sementara dolar tetap setelah mengalami kerugian selama tiga sesi, yang dibantu oleh sinyal positif mengenai diskusi perdagangan AS-Tiongkok yang sedang berlangsung.
Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross meramalkan Beijing dan Washington dapat mencapai “penyelesaian yang masuk akal” sebagaimana pejabat dari dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini melanjutkan pembicaraannya dalam upaya untuk mengakhiri perselisihan yang telah mengguncang pasar global.
Setelah hari pertama perundingan berakhir, hari Senin kemarin, importir Tiongkok melakukan pembelian kedelai AS secara besar-besaran untuk yang ketiga kalinya dalam satu bulan terakhir ini, ujar pedagang yang berbasis di Chicago.
Terlepas dari seluruh peristiwa negatif, mata uang pasar berkembang bisa memasuki periode yang aman untuk jangka pendek sementara ekspektasi terhadap kenaikan Federal Reserve yang tidak akan terjadi dalam beberapa waktu mendatang sepertinya akan membuat greenback berada di bawah tekanan.
Baca juga: Merosotnya Mata Uang Asia di Sepanjang Tahun
“Kami memprediksi dolar akan terus menurun dalam beberapa waktu ke depan. Moving average 200-minggu utama untuk dolar pada level 95.90 mungkin menjadi titik pivot,” ujar Bank OCBC dalam catatannya pada Selasa lalu.
Beberapa investor yakin bahwa AS tidak akan meningkatkan suku bunganya pada tahun ini karena adanya kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi domestik setelah dikeluarkannya pernyataan dovish oleh Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat lalu.
Won Korea turun sebanyak 0.6% setelah perusahaan teknologi Korea Selatan, Samsung Electronics Co Ltd, perusahaan telepon genggam dan semikonduktor terbesar di dunia, memperkirakan keuntungan operasional yang diperoleh selama bulan Oktober hingga Desember turun sebesar 29%, yang merupakan penurunan pertama dalam dua tahun terakhir.
Harga minyak yang naik memberikan tekanan kepada negara-negara importir, seperti Rupee India yang melemah terhadap dolar sebanyak 0.6% menjadi 70.11.
Harga minyak yang naik pada hari Selasa lalu, yang didukung oleh harapan dari hasil diskusi antara AS dan Tiongkok, sementara mulainya pemotongan pasokan OPEC membuat pasar menjadi semakin ketat.
Rupiah Indonesia, adalah mata uang lainnya yang terkena dampak dari perubahan harga minyak, mengkoreksi kenaikan sebelumnya, dan terjatuh sebanyak 0.2% pada hari ini.
Baht Thai melemah sebanyak 0.3% sementara Yuan berkurang sebanyak 0.1%.
Baca juga: Rupee Menjadi Mata Uang Terburuk di Asia pada 2018
Sementara itu, dolar Taiwan turun sebanyak 0.1% menjadi 30.84 terhadap dolar. Pada hari Senin lalu, Taiwan melaporkan penurunan ekspor sebanyak 3% yang terjadi pada bulan Desember silam, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, merupakan dampak dari perang dagang antara AS dan Tiongkok yang juga jadi menurunkan permintaan terhadap perangkat teknologinya.
Pada hari Selasa mendatang, Taiwan akan melaporkan inflasinya pada bulan Desember lalu, yang diperkirakan sudah mulai mereda.
Sumber: Reuters.com