Setelah mengawali minggu lalu (12-16 Juni) dengan penuh keraguan akibat masalah politik dan kekhawatiran ekonomi, Poundsterling berhasil mengakhiri pekan tersebut dengan kegembiraan. Pasalnya, GBP/USD tercatat menguat dari posisinya di awal minggu. Dari pantauan berita forex Reuters, hasil mengejutkan dari rapat BoE dinilai menjadi pendukung utama kenaikan GBP/USD kali ini.
Akibat Selisih Suara MPC Yang Berubah
Keputusan BoE untuk menahan suku bunga sejatinya tidak memberikan kejutan apapun, karena pasar sudah memiliki ekspektasi serupa sebelum kebijakan itu diumumkan. Akan tetapi, hampir tidak ada yang menduga jika keputusan suku bunga tetap itu disimpulkan dari hasil voting anggota MPC dengan selisih suara 5 lawan 3.
Hal itu cukup mengejutkan, karena perbedaan suara MPC sebelumnya menunjukkan perbandingan 7 lawan 1. Perubahan selisih itupun menghebohkan pemirsa berita forex pada Kamis (15/6) lalu, karena menandakan bertambahnya anggota MPC yang menginginkan kenaikan suku bunga.
Optimisme pasar pun melambung tinggi menyambut perbedaan selisih yang tak terduga itu. Tak hanya terhadap Dolar AS, Cable sukses mengungguli Euro dan berhasil mencapai poin tertinggi dalam sepekan. Irama bullish itu tetap terjaga hingga akhir minggu, seiring dengan tercapainya raihan positif GBP/USD di hari Jum’at. Dalam berita forex terakhir, pair itu diketahui beranjak naik 0.2% ke 1.2780.
Tak Meyakinkan Dalam Jangka Panjang
Walaupun laporan Poundsterling dalam berita forex akhir-akhir ini cukup meyakinkan, banyak pihak masih berpegang pada pandangan bearish untuk jangka panjang. Bank BMO bahkan merevisi turun proyeksi mereka untuk analisa tahunan GBP/USD.
“Kami memperkirakan Sterling akan jatuh ke kisaran 1.24 dalam 3 bulan ke depan, dan terus turun hingga ke 1.23 dalam 3 bulan berikutnya. Peniliaian ini didasarkan pada beragam kekhawatiran yang disebabkan oleh ketegangan politik dalam negeri, dimulainya negosiasi Brexit, dan prospek penguatan USD dalam beberapa bulan ke depan,” ujar ahli strategi BMO dalam berita forex terkait.
Kecemasan analis Poundsterling memang cukup beralasan. Sejak hasil voting Brexit pada Juni tahun lalu, Sterling merosot sebanyak 15%. Walaupun demikian, mata uang tersebut sudah menutupi sebagian loss yang terekam setelah GBP/USD jeblok di level terendah 31 tahun pada Oktober silam. Cable bahkan sempat menyentuh kisaran 1.30 di tengah antisipasi pemilu yang mengharapkan partai konservatif untuk mendapat suara mayoritas.
Namun demikian, investor Sterling harus kembali menelan kekecewaan setelah hasil pemilu tidak mengunggulkan partai manapun. Dalam liputan berita forex yang rilis setelahnya, GBP/USD dilaporkan kembali terperosok akibat kekhawatiran pasar terhadap kelompok minoritas di pemerintahan, yang bisa mempengaruhi posisi Inggris dalam negosiasi Brexit.
Faktor itulah yang menyebabkan pihak BMO untuk mempertahankan sikap bearish mereka terhadap Cable. “Kami rasa hasil pemilu Inggris telah meningkatkan risiko pada negosiasi Brexit,” kata perwakilan BMO.
Menjanjikan Dari Sisi Teknikal
Meski fundamental tidak memberikan proyeksi yang menjanjikan, masih ada analis yang melihat prospek cerah untuk GBP/USD di waktu mendatang. Dilansir dari berita forex Reuters, Joel Kruger dari LMAX Exchange memprediksikan kenaikan Sterling dari pengamatan teknikal. “Penurunan sebelumnya bisa dilihat sebagai pergerakan korektif,” demikian ungkapnya. Dengan support di level 1.2500, ia memperkirakan jika GBP/USD bisa melakukan rebound hingga ke kisaran 1.35 di minggu-minggu mendatang.