Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Menentukan Kinerja Mata Uang ASEAN
Dolar AS yang sangat likuid melemah tajam pada Jumat lalu di tengah-tengah optimisme pasar yang menurunkan permintaan untuk aset haven. Setelah selama sepekan ini muncul berbagai macam simpang siur dalam pemberitaan mengenai diskusi perdagangan antara AS-Tiongkok, para investor tampaknya akan bertaruh pada semacam kesepakatan ketika Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He mengunjungi Washington pada minggu depan.
Hal ini memungkinkan bagi sebagian besar mata uang ASEAN, seperti Dolar Singapura, untuk dapat menghargai greenback. Satu-satunya pengecualian adalah Ringgit Malaysia. USD/MYR naik secara agresif setelah pasar mata uang lokal tutup pada hari Senin ini untuk Thaipusam, hari libur umum.
Data inflasi domestik yang lebih lunak tampaknya telah mendukung taruhan bahwa bank sentral Malaysia dapat memangkas suku bunga. Tapi, Bank Negara Malaysia memperkirakan harga rata-rata yang cukup tinggi untuk tahun ini ketika suku bunga tidak berubah pada level 3,25% pada hari Kamis lalu.
Baca juga: ASEAN Menunggu Pembahasan Perdagangan AS-Tiongkok
Sementara Peso Filipina sedikit berubah pada akhir minggu lalu. Laporan PDB lokal yang lebih lemah tampaknya dibayangi oleh kelemahan USD pada hari Jumat lalu. Dolar Singapura naik secara hati-hati menjadi lebih tinggi dengan kejutan terbalik dalam data CPI domestik, tetapi sebagian besar keuntungannya terjadi karena kinerja USD yang kurang baik.
Pada minggu depan, statistik ekonomi Tiongkok mungkin akan lebih menonjol. Di pekan lalu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat ke laju terlemahnya dalam 28 tahun. Pada tanggal 31 Januari mendatang, akan diriliskan data PMI Manufaktur Tiongkok diikuti oleh pembacaan Caixin sektor swasta. Sejauh ini, data masih cenderung berkinerja relatif rendah terhadap ekspektasi ekonom.
Lebih dari itu, hal tersebut didorong juga oleh kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Fokus mata uang blok ASEAN akan diarahkan pada diskusi perdagangan antara AS-Tiongkok dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada sentimen.
Mengingat pesan yang bertentangan dari Gedung Putih, yang tidak jelas apa hasilnya. Pasar tampaknya lebih menghargai apabila risikonya bisa dimiringkan ke sisi bawah. Jika Dolar AS naik, USD/IDR pun bisa naik, misalnya.
Sementara itu, penutupan sebagian pemerintahan AS telah berakhir pada pekan lalu melalui penghentian sementara tagihan dana. Hal ini menandakan bahwa data ekonomi yang sebelumnya tertunda (neraca perdagangan, penjualan ritel dan banyak lagi) harus dirilis secara perlahan-lahan, termasuk jadwal reguler berisi estimasi pertama PDB Q4, lapangan kerja dan data inflasi PCE.
Baca juga: Mata Uang Asia Terombang-ambing Oleh Kekhawatiran akan Ekonomi Global
Perlu diingat bahwa Fed juga memiliki keputusan suku bunga pertama tahun ini di pertengahan minggu ini. Dengan mengingat hal itu, mungkin ada banyak potensi untuk volatilitas Dolar AS mengingat bahwa bank sentral bergantung pada data tersebut.
Hal yang menarik adalah bahwa pada minggu lalu kita melihat adanya peningkatan dalam jalur kenaikan suku bunga Fed 2019 yang tersirat. Namun, Dolar AS tetap jatuh. Hal ini menyoroti betapa pentingnya greenback sebagai aset haven mengingat statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.
Jika diskusi perdagangan AS-Tiongkok mengarah ke hasil yang positif dan dapat meningkatkan mood pasar, akan ada potensi kenaikan besar untuk PHP, IDR, MYR dan SGD untuk mendapatkan dukungan. Tetapi perlu diingat bahwa pada akhirnya kenaikan suku bunga umumnya merupakan pendorong fundamental terpenting bagi FX. Sehingga pasar mungkin masih akan meremehkan The Fed.
Sumber: dailyfx.com