Kejatuhan Dolar Baru Dimulai untuk Beberapa Top Funds Eropa

Kejatuhan Dolar Baru Dimulai untuk Beberapa Top Funds Eropa

Kejatuhan Dolar Baru Dimulai untuk Beberapa Top Funds Eropa. Dengan pertarungan terpanjangnya selama empat tahun terakhir, dolar mengalami kejatuhan pada beberapa pengelola investasi utama Eropa.

Amundi, manajer keuangan terbesar di kawasan tersebut bertaruh greenback akan terkoreksi karena Federal Reserve menggeser ke arah kebijakan yang lebih lunak (dovish). Aberdeen Standard Investments mengatakan “pendorong” yang menyokong dolar seperti bagi hasil obligasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang kuat di AS sekarang mulai menghilang. Dolar dapat memperpanjang masa penurunannya jika KTT G-20 minggu ini gagal meredakan ketegangan perdagangan global menurut UBS Global Wealth Management.

Kejatuhan Dolar Baru Dimulai untuk Beberapa Top Funds Eropa

Indeks kekuatan dolar merosot 1,6% pada Juni, menghentikan pertarungan empat bulan yang terpanjang sejak 2015 karena Pemimpin The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bank sentral sedang bersiap-siap memotong suku bunga untuk mendukung negara dengan ekonomi terbesar dunia itu. Benchmark bagi hasil Treasury AS mencapai level terendah sejak 2016 pekan lalu, mempersempit premium atas Jerman dan Jepang.

Baca juga: Dolar yang Melemah Mengabarkan Angin Segar bagi Pasar Negara Berkembang

“Kami memperkirakan dolar akan kehilangan lebih banyak kekuatannya dan semakin memburuk,” kata Andreas Koenig, kepala valuta asing global di Amundi yang menangani aset sebesar $1,63 triliun. “Pasar menjadi sangat sepihak, pro-dolar dalam hal sentimen dan positioning. Siklus bull dolar dalam hal durasi dan besarnya terlihat sangat matang dan dengan posisi long, koreksi lebih lanjut tampak sangat mungkin terjadi.”

Perbedaan kurs AS dengan pasar lain menjadi kurang menarik setelah dolar di-adjust untuk volatilitas menurut Koenig yang mengambil posisi short pada greenback terhadap “berbagai mata uang” termasuk yen, euro dan dolar Kanada.

Fokus Dalam G-20

Para pemimpin negara-negara G-20 akan bertemu melaksanakan KTT selama dua hari di Osaka, Jepang, mulai hari Jumat untuk membahas perbedaan dalam kebijakan perdagangan dan mata uang di antara berbagai topik lainnya. Fokusnya terletak pada Presiden AS Donald Trump dan rivalnya dari Tiongkok, Xi Jinping. Jika mereka gagal meredakan ketegangan yang telah mengguncang pasar global dalam beberapa bulan terakhir ini, ekonomi dunia berisiko kehilangan $1,2 triliun menurut perhitungan oleh Bloomberg Economics.

Walaupun prospek keluarnya “hasil yang menakutkan” ini kecil, hasil dari KTT akan tetap penting bagi prospek dolar, menurut Thomas Flury, kepala penelitian mata uang di UBS Global Wealth.

“Jika hasil pertemuan G-20 mengkonfirmasi ekspektasi pasar bahwa tidak akan ada pengaturan baru di depan, kami mengharapkan tiga hal: penurunan lebih lanjut dari rencana investasi, kemungkinan yang lebih kuat untuk pemotongan suku bunga Fed dan akibatnya greenback yang lebih rendah,” kata Flury yang perusahaannya menangani aset $2,43 triliun.

Baca juga: Dolar Merosot Membukukan Penurunan Dua Hari Terbesar dalam Setahun

Sementara UBS Global Wealth memilih posisi short pada dolar terhadap yen, mereka juga memiliki strategi taktis termasuk alokasi long-greenback melawan dolar Australia untuk memperoleh keuntungan dari meningkatnya ketegangan perdagangan dan perlambatan di Australia.

Options yang akan menghasilkan dari kompetisi yen terhadap dolar sebanyak total $20 miliar notional, termasuk $3 miliar pada mata uang Jepang mencapai angka 105 menurut data dari Depository Trust & Clearing Corporation pada data perdagangan yang ditampilkan sejak keputusan Fed terbaru. Level itu dapat dicapai jika pertemuan G-20 mengecewakan, menurut Ken Dickson, direktur investasi yang berfokus pada mata uang di Aberdeen Standard.

“Ada atau tidaknya kabar baik dari pertemuan G-20, kami berharap dolar akan berkinerja lebih buruk dibanding haven currencies dan mata uang yang lebih berisiko dan lebih siklus dalam beberapa minggu ke depan,” kata Dickson. Dolar sebelumnya didorong oleh “pertumbuhan relatif dan tingginya tingkat suku bunga AS. Pendorong ini perlahan-lahan menghilang. Nilai perdagangan dolar terhadap mata uang lain telah melewati puncaknya untuk saat ini, “katanya.

Sumber: Bloomberg

Muhamad Burhanudin :
Disqus Comments Loading...