Profil Jerome Powell, Pimpinan Baru Federal Reserve
Pada berita-berita forex sejak akhir tahun 2017, nama Jerome Powell sering mengemuka. Katanya, Jerome Powell menggantikan Janet Yellen sebagai pimpinan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve). Namun, siapa Jerome Powell sebenarnya? Apa pengaruh penunjukannya bagi pasar forex?
Profil Jerome Powell
Nama lengkapnya Jerome Hayden Powell, dan ia lahir pada 4 Februari 1953 di Washington DC, Amerika Serikat. Ayah dan kakeknya berkarir di bidang hukum, dan ia pun sempat menjalani kuliah di jurusan Hukum Universitas Georgetown serta menjadi pengacara selama beberapa tahun. Namun, ia kemudian bekerja di bank investasi Dillon, Read & Co, menggarap bidang pembiayaan, merger, dan akuisisi.
Pengalamannya di bank investasi tersebut menjadi modal bagi Powell untuk melanjutkan karir di Departemen Keuangan AS. Setelah itu, ia dinominasikan untuk menjadi salah satu anggota Dewan Gubernur Federal Reserve oleh Presiden Barack Obama pada Desember 2011. Nominasinya disetujui, sehingga ia mulai bertugas sejak 25 Mei 2012.
Setelah menjadi bagian dari tim penyusun kebijakan Federal Reserve selama beberapa tahun, Jerome Powell kemudian dinominasikan oleh Presiden Donald Trump untuk menggantikan Janet Yellen sebagai pimpinan Federal Reserve, sebuah kedudukan yang lazim disebut juga “Ketua The Fed”.
Arah Kebijakan Jerome Powell
Dalam sebuah survey yang dilakukan atas 30 ekonom pada Maret 2017, disebutkan bahwa Jerome Powell berpandangan lebih “dovish” (enggan menaikkan suku bunga) dibanding anggota Dewan Gubernur The Fed pada umumnya. Namun demikian, berdasarkan kebijakan-kebijakannya di masa lalu, Bloomberg Intelligence menilai Powell cenderung netral (“centrist”), dalam arti dapat mendukung kenaikan suku bunga ataupun tidak, tergantung pada penilaiannya mengenai situasi ekonomi dalam satu waktu.
Dengan pertimbangan itu, maka setelah pemilihannya sebagai pengganti Janet Yellen, para pelaku pasar menilai ia akan terus konsisten melanjutkan arah kebijakan moneter yang sudah digariskan sebelumnya. Pada pengumuman kenaikan suku bunga terakhir Yellen di bulan Desember 2017, diumumkan pula proyeksi kenaikan suku bunga tambahan sebanyak tiga kali sepanjang 2018 ini. Apabila Powell tetap meneruskan arah kebijakan Federal Reserve sebelumnya, maka hal itu boleh jadi direalisasikan.
Baca juga : Ada Apa Antara Bitcoin, Trump, Powell
Atas latar belakang tersebut, maka yield Obligasi AS (yang berbasis bunga), cenderung meningkat pesat seusai penunjukan Powell. Sebagai imbasnya, pasar modal AS tumbang, karena kenaikan yield Obligasi berpengaruh pada perpindahan dana dari aset berisiko (seperti saham) ke aset dengan risiko rendah (seperti obligasi). Dolar AS pun sempat gonjang-ganjing selama beberapa waktu di awal tahun 2018 karenanya.
Namun demikian, mengingat pendapat-pendapat Powell cenderung objektif berbasis data, maka bukan tidak mungkin ia merubah arah kebijakan, jika kondisi ekonomi AS terbukti memburuk. Dan apabila perubahan terjadi secara tak terduga, dampaknya terhadap Dolar AS maupun pasar finansial dunia bisa cukup besar. Oleh karenanya, event-event dimana Jerome Powell memberikan pidato atau wawancara, akan selalu diamati oleh pelaku pasar, baik trader forex, investor saham, maupun pelaku pasar yang bermain pada aset-aset finansial lainnya.