Referendum penolakan reformasi di Italia dimana dilaksanakan berada di hari Minggu kemarin (4 Desember 2016) untuk waktu setempat. Dimana di dalam pelaksanaan referendum tersebut, telah memenangkan suara tidak atau No, seperti keputusan sebelumnya jika menghasilkan suara terbanyak adalah no maka sepakat Perdana Menteri Italia Matteo Renzi mengundurkan diri dari jabatannya.
Dengan menanggapi keadaan politik Italia seperti itu, maka Euro pun langsung merosot tajam ada di sesi perdagangan awal pekan ini (5/12/16), telah turun ke tingkat terendahnya dalam 20 bulan.
Maka dengan itu, pairing EURUSD yang turun sampai dengan 0,94% berada di angka 1.0564 dengan kecemasan akan kesehatan perbankan berada di Italia, menyusul hasil referendum yang telah mengecewakan pasar kepada para investor. Penurunan pada pairing EURUSD ini terjadi setelah Euro di buka pada awal sesi tadi di 1.0685.
Terhadap Yen, Euro pun yang langsung jeblok sampai dengan 2,1 persen berada di angka 118.71 yen, akan tetapi setelah itu pergerakan lansung memangkas kemerosotannya tersebut sebesar 0,9% ke tingkat 120.06.
Dengan kemenangan pada suara tidak atau no hanya memberikan dampak dalam jangka waktu tertentu. Maka dari itu, saya tidak bisa perkirakan Euro bisa terjun bebas lagi untuk jangka waktu dekat ini. Seperti keterangan yang sudah disebutkan oleh Kepala Analis Mata Uang dari Bank of Tokyo-Mitsubishi, Minori Uchida setelah di kabarkan oleh laman Reuters.
“Akan tetapi untuk jangka waktu yang lebih panjang, dengan kemenangan suara tidak akan menjegal proses yang telah di upayakan dari Italia untuk selesaikan masalah utang perbankan yang semakin memburuk, dan terlihat bakal lebih meluas spread imbal hasil obligasi Jerman dan juga Italia,” tambahnya.
Kini para investor dan juga politisi Eropa merasa cemas, kemenangan dari pihak oposisi alias no berada di Italia nantinya membuat adanya ketidakstabilan politik dan membuat masalah baru untuk sektor perbankan Italia yang bisa memukul perbankan Italia yang membuat sudah terpukul karena masalah utang.
Dengan keputusan pengunduran diri Perdana Menteri Matteo Renzi telah mewakili adanya guncangan baru yang kini di hadapi oleh Uni Eropa. Bisa di ketahui, negara Italia yang kini menjadi negara ekonomi terkuat ketiga berada di kawasan Euro, kini masih berjuang untuk mengentaskan dari krisis. Yang lebih parahnya lagi, kemenangan dari No ini dan kemunduran dari PM Italia tersebut membuka lebar pintu keluar Italia dari keanggotannya di Uni Eropa seperti yang sudah di lakukan Inggris untuk beberapa saat lalu.
Adapun pendapat yang lainnya datang berasal dari analis RBCCM yang sudah berkaca pada krisis hebat melanda ada di Yunani berada di tahun 2012. Pada saat itu, Euro mendapati resiko untuk di perdagangkan turun ada di kisaran 0.8000.
“Kedengarannya ini terlihat sangat ekstrim sekali, akan tetapi jika memang krisis kedua memang bisa melanda ada di kawasan Euro, maka Dollar bisa menguat berada di poin permulaan, maka dari itu EURUSD kemungkinan diperdagangkan lebih melemah lagi,” tambah mereka yang sudah di tuliskan berada di Reuters.