Dolar AS terpantau melemah terhadap berbagai mata uang mayor pada hari Kamis (5/1), setelah notulen rapat Federal Open Market Commitee (FOMC) Desember yang dirilis dini hari menggarisbawahi tingginya ketidakpastian dampak kebijakan era Presiden terpilih Donald Trump mendatang terhadap perekonomian. Indeks Dolar, yang melacak kekuatan mata uang ini dalam pembobotan terhadap enam valas lainnya, melorot 0.39% ke 102.09; padahal sempat singgah di puncak tertinggi 14 tahun pada hari Selasa.
Donald Trump Baru Akan Menjabat 20 Januari
Presiden terpilih Donald Trump baru akan mulai menjabat pada 20 Januari depan dan belum menyampaikan detail arahan kebijakannya ke depan. Beberapa kesempatan sebelumnya di mana pasar mengantisipasi pengumuman darinya, ternyata dibatalkan. Notulen rapat FOMC Desember pun menyoroti hal ini. Sebagaimana yang telah disampaikan dalam <a href=”http://forexindonesia.org/beritaforex/notulen-fomc-desember-para-pejabat-fed-sepakat-pantau-inflasi”>berita forex fundamental sebelumnya</a> para pejabat bank sentral AS menegaskan adanya peningkatan ketidakpastian tentang waktu, ukuran, dan komposisi kebijakan fiskal maupun kebijakan ekonomi lainnya yang akan diterapkan di masa depan. Selain itu, notulen yang sama juga mengungkapkan kekhawatiran mereka kalau apresiasi Dolar bisa melemahkan laju inflasi.
Data ekonomi lainnya yang dipublikasikan di hari Kamis juga cenderung beragam. Initial Jobless Claims menurun sebanyak 27,500 ke angka total 235,000, terendah dalam 43 tahun. Namun, laporan lainnya menunjukkan bahwa sektor swasta di negeri Paman Sam telah menambahkan 153,000 pekerjaan baru pada bulan Desember, di bawah ekspektasi yang dipatok pada 170,000.
Pasar Tunggu Nonfarm Payrolls
Sementara pasar kini tengah menantikan publikasi laporan Nonfarm Payroll pada hari Jumat malam, Dolar AS mengalami kemunduran. EUR/USD meroket ke 1.0604 saat berita ini ditulis pada Jumat pagi ini (6/1). GBP/USD diperdagangkan di 1.2418 dan USD/JPY terpuruk lebih dari satu persen ke kisaran 115.40; dalam kedua pair ini, mata uang berjuluk Greenback tersebut berada dalam kondisi terlemahnya sejak pertengahan Desember lalu.
Selain karena notulen FOMC Desember tadi, Dolar AS juga digerogoti oleh penguatan Yuan China, karena Beijing mulai mengetatkan kebijakan valasnya menjelang pelantikan Donald Trump. Data-data ekonomi Inggris, diantaranya Indeks PMI Manufaktur, Konstruksi, dan Jasa, menunjukkan profil kondisi ekonomi lebih prima dibandingkan perkiraan. Pula, inflasi Zona Euro dilansir mulai menggeliat.
Ke depan, pelaku pasar akan meneliti apakah laporan Nonfarm Payrolls mendukung proyeksi kenaikan suku bunga sebanyak tiga kali dalam tahun 2017.