Dolar Mendominasi, Pounds Dan Euro Dihantam Buruknya Data Ekonomi

Berita Forex

dolar-mendominasi-pounds-dan-euro-dihantam-buruknya-data-ekonomi

Penguatan USD terhadap mata uang-mata uang lainnya makin kokoh dengan posisi indeks Dolar (DXY) mendekati puncak tertinggi dalam 11 bulan pada awal perdagangan sesi Asia hari Rabu ini (16/11) setelah rilis data Penjualan Ritel (Retail Sales). Di sisi lain, Pounds dan Euro terpuruk cukup dalam setelah data-data ekonominya menunjukkan perkembangan lebih buruk dibanding ekspektasi pasar.

Penjualan Ritel AS Naik 0.8%
Departemen Perdagangan Amerika Serikat melaporkan bahwa penjualan ritel domestik meningkat 0.8% dalam bulan Oktober, melampaui angka ekspektasi 0.6%. Ini merupakan kenaikan dua bulan berturut-turut setelah sempat tumbuh minus pada bulan Agustus. Secara Year-on-Year, Penjualan Ritel AS pun tercatat melonjak dari 3.2% ke 4.3%.

Kabar ini makin mengukuhkan posisi USD menyusul sentimen bullish yang tumbuh berkat optimisme pasar akan rencana ekonomi Presiden Terpilih Donald Trump. Pemangkasan pajak dan kenaikan belanja fiskal yang dijanjikannya diharapkan dapat kembali menggairahkan perekonomian serta mendorong naik inflasi. Sejalan dengan itu, harapan akan kenaikan suku bunga Federal Reserve pada bulan Desember mendatang pun kian berkembang.

Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang mayor lainnya, terpantau naik ke 100.25 segera setelah rilis data Penjualan Ritel, meski kemudian sedikit melandai ke 100.18. EUR/USD kini telah menyentuh 1.0716, sementara GBP/USD sempat anjlok hingga 1.2380 sebelum pulih ke 1.2500an.

Inflasi Inggris Di Bawah Ekspektasi, Euro Masih Stagnasi
Kejatuhan Pounds dan Euro kali ini juga disebabkan oleh data-data ekonomi yang buruk. Indeks Harga Konsumen (CPI) Inggris dilaporkan hanya naik 1.2%, di bawah ekspektasi 1.4%, terutama karena kenaikan harga-harga produk sandang dan biaya kuliah yang lebih rendah dibanding tahun lalu. Angka Indeks Harga Produsen (PPI) mengalami peningkatan 4.6% MoM, tetapi lesunya CPI sebagai indikator utama pengukur inflasi menggoyahkan fundamental Pounds.

Bank of England (BoE) sebelumnya telah menyatakan bahwa depresiasi Pounds pasca referendum Brexit bisa mendorong inflasi naik, tetapi sejauh ini belum ada tanda-tanda seperti itu. Pimpinan BoE mengungkapkan pada parlemen dalam dengar pendapat kemarin bahwa pihaknya mempertahankan bias kebijakan netral. Meski demikian, tekanan terhadap Cable agaknya belum menyusut.

Di sisi lain, data GDP Zona Euro sesuai ekspektasi tetap berada pada tingkat 0.3% QoQ atau 1.6% YoY. Euro sempat naik sejenak di hari Selasa dan sejumlah ekonom telah memperingatkan akan kemungkinan pelemahan USD dalam pair-pair EUR/USD dan USD/JPY setelah penguatan drastis beberapa hari ini. Akan tetapi, masih diragukan apakah ada katalis yang cukup kuat untuk mendorong rebound mata uang 18 negara ini, mengingat bias kebijakan moneter longgar bank sentral-nya yang kontras dengan arah pengetatan Federal Reserve serta kondisi ekonomi yang tak juga menunjukkan pemulihan signifikan.