Dolar terpantau melemah pada hari Selasa (29/11) di akhir perdagangan bervolatilitas tinggi versus mata uang mayor lainnya. Diantaranya, setelah melonjak lebih dari 1.2 persen melawan mata uang safe haven Yen pasca rilis data Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat, Dolar melorot hingga nyaris menghapus gain sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen yang berada dalam posisi tertinggi sejak Juli 2007 pun gagal menahan investor untuk tak melepas Greenback.
GDP AS Kuartal Tiga (Second Estimate) Direvisi Naik
Bureau of Economic Analysis melaporkan bahwa ekonomi AS tumbuh dalam laju 3.2% QoQ dalam periode tiga bulan yang berakhir pada September 2016, di atas estimasi konsensus yang memperkirakan kenaikan 3% saja. Angka tersebut juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi di kuartal dua yang hanya 1.4% QoQ, maupun angka kuartal tiga di advance estimate yang menunjuk ekspansi 2.9%.
Ini merupakan laju pertumbuhan GDP tertinggi bagi negeri Paman Sam dalam dua tahun terakhir. Belanja Konsumen, Ekspor, dan Investasi Terstruktur meningkat lebih cepat dibanding perkiraan, meski Fixed Investment melandai.
Data hasil survey Consumer Confidence yang dirilis oleh Conference Board beberapa jam setelah GDP pun mencatat rekor memuaskan. Indeks melesat tinggi dari 100.8 ke 107.1, melewati estimasi awal yang menunjuk pada angka 101.2. Namun, meski data-data tampil prima, Dolar melemah.
Antisipasi pasar Jelang Gejolak Tiga Minggu Ke Depan
Para trader mensinyalir pergerakan harga hari Selasa bisa jadi merupakan awal dari perjalanan tiga minggu ke depan yang bakal penuh risiko. Dimulai dari rapat OPEC di Wina hari Rabu ini (30/11), Referendum Konstitusi Italia di awal Desember, lalu berlanjut hingga Rapat Kebijakan Federal Reserve.
“Beberapa orang memang mentradingkan berita, tetapi kenapa kita meski bereaksi pada apa-apa yang terjadi di periode yang berakhir bulan September, ketika kita menantikan apa yang akan terjadi bulan depan?” ujar Marc Chandler, pimpinan strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman & Co, kepada Reuters, “Secara alamiah, pasar mengantisipasi (event-event yang akan terjadi ke depan).”
Indeks Dolar (DXY) yang memantau Greenback versis enam mata uang mayor lainnya, telah menjangkau puncak tertinggi dalam nyaris 14 tahun di angka 102.050 pada hari Kamis lalu, tetapi aksi profit-taking dan kegelisahan menjelang rapat OPEC melemahkannya hingga kini berada di sekitar 101.160. USD/JPY sideways di level tinggi dan kini diperdagangkan pada 112.41, sedangkan EUR/USD menanjak ke 1.0651. GBP/USD pun naik 0.75% ke angka 1.2506 pasca laporan kenaikan data pembiayaan bagi warga Inggris yang diumumkan meningkat dalam laju tahunan paling cepat dalam 11 tahun terakhir, yang mana itu memunculkan citra adanya penguatan permintaan konsumen.
Menurut Chandler, pullback Dolar nampaknya lebih merupakan konsolidasi daripada koreksi harga, dan merefleksikan trend yang mendasarinya di mana pasar masih mengharapkan stimulus fiskal dalam jumlah signifikan dari Presiden Donald Trump serta kenaikan suku bunga dari Federal Reserve.