Dari Negara China memberikan kabar baru, presiden China Xi Jinping kini terlihat tidak ambil pusing dengan perkiraan dari beberapa pihak yang menyebutkan kalau ekonomi Negara Tirai Bambu tersebut berada di tahun depan maksimal bisa meraih gain sebesar 6.5%. Xi Jinping yang juga katakan, bahwa stabilnya pertumbuhan ekonomi kini lebih penting daripada harus mengejar nilai pertumbuhan yang melambung.
Membahas masalah yang di bicarakan banyak pelaku ekonomi saat ini, orang nomor satu di China yang bahkan tidak menutup kemungkinan jika target pertumbuhan ekonomi China tidak bisa meraih targetnya di 6.5%. Tegas dari Xi Jinpung, pihaknya tidak ingin untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dengan membuat jumlah utang meningkat.
Lebih dari itu, kondisi dunia yang saat ini masih belum stabil karena tidak menentu, terutama setelah terpilihnya Donald Trump untuk bisa menjadi presiden AS masa depan menggantikan Barack Obama. Xi Jinping memberikan keterangan bahwa China tidak butuh untuk memenuhi target jika untuk bisa menggapainya harus bisa mengambil resiko besar.
Hal tersebut telah di katakana oleh Xi Jinping di dalam pertemuan Partai Komunis untuk pekan lalu yang memberikan bahasan akan kondisi keuangan dan perekonomian di Negara Tirai Bambu itu.
Melihat berita baru berada di dalam salah satu media ternama seperti Bloomberg, untuk hari Jumat lalu dimana telah menjelaskan bahwa para pemimpin sudah sepakat untuk melakukan pemeliharaan kepada kondisi pertumbuhan yang baik. China dengan valuasi ekonomi di tingkat US$ 11 triliun ini, tidak lagi berpaku kepada besaran pertumbuhan di negaranya.
Seperti di tahun ini saja, pertumbuhan perekonomian China di prediksi bisa berada di tingkat 6.7%. ke depannya pertumbuhan ekonomi China dalam outlook terbaru bisa semakin menciut seiring keadaan dari dunia yang tidak pasti bisa memberikan efek kepada ekonomi China.
Seperti pada tahun 2015 silam para pemimpin China telah beikrar akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi minimal ditingkat 6.5% sampai targetnya di tahun 2020 yang akan dating. Bentuk aksi itu pada akhirnya mendapatkan kritikan dari beberapa ekonom yang sebutkan bahwa langkah ini justru bisa menekan para pengambil kebijakan dalam memutuskan yang bisa memberikan dampak buruk akan stabilitas finansial ada di China ke depannya.
Dengan sikap terbaru Xi JInping ini tidak terbebani karena target pertumbuhan ekonomi, di nilai pengamat menjadi suatu perubahan yang sangat baik.
“Dengan target 6,5% bisa membuat resiko utang semakin membesar,” terang dari kepala ekonom di Societe Generale SA China.
Media Bloomberg menyebutkan banyak Negara kini mengalami krisis pada saat keadaan utangnya sudah lebih dari 300% dari PDB. Adapun posisi utang dari China saat ini sudah mencapai 270% dari tingkat PDB.
Kini para ekonom umumnya telah mematok pertumbuhan di China berada ditahun 2017 ada di tingkat %. Lalu berada di tahun 2018 angka pertumbuhan bisa di prediksi turun sampai di tingkat 6%. Yang menjadi ancaman ke depannya dari presiden terpilih AS bisa mengenakan tarif pajak tinggi akan barang impor berasal dari China.