Bank Sentral Indonesia Mengambil Langkah untuk Menjaga Rupiah
Bank Sentral Indonesia Mengambil Langkah untuk Menjaga Rupiah. Bank sentral Indonesia mengambil langkah yang “berani” untuk menjaga mata uangnya dan obligasi negara tersebut karena meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari epidemi virus corona yang baru-baru ini memicu aksi jual oleh para investor asing.
Bank Indonesia melakukan intervensi dalam pasar obligasi dan mata uang yang tidak dapat melindungi rupiah, menurut Nanang Hendarsah, direktur eksekutif bank sentral bagian manajemen moneter, yang mengatakan dalam sebuah pesan teks pada hari Senin. Otoritas moneter mendapatkan penawaran senilai 3,7 triliun rupiah ($ 269 juta) dalam upaya pembelian 1,5 triliun rupiah obligasi negara dari pasar sekunder sebelumnya pada hari Senin, katanya.
Rupiah turun sebanyak 0,5% menjadi 13.722 terhadap dolar AS, level terendahnya sejak 13 Januari. Mata uang tersebut mencatat kerugian mingguan pertamanya dalam sembilan kali karena para investor asing menarik lebih dari $ 560 juta obligasi pada tiga hari pertama minggu lalu.
Baca juga: Pasar Terus Menurun Karena Penularan Corona virus
Rupiah dan obligasi Indonesia melemah di tengah aksi jual global.
Ketika virus terus menyebar dengan cepat di luar perbatasan Tiongkok, hingga mendorong pembatasan perjalanan yang luar biasa oleh beberapa negara termasuk Indonesia, pembuat kebijakan di seluruh dunia melakukan berbagai tindakan sebagai tanggapan terhadap aksi jual global. Tiongkok mengurangi suku bunganya dan menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem keuangan pada hari Senin karena pasar mulai jatuh sejak dimulainya kembali perdagangan setelah istirahat Tahun Baru Imlek.
Tiongkok Memotong Suku Bunga, Menyuntikkan Likuiditas saat Pasar Daratan Tenggelam
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada pekan lalu memperingatkan “ketakutan yang belum pernah terjadi sebelumnya” ketika virus corona terus bermigrasi ke luar Tiongkok dan pusat epidemi di Wuhan. Indonesia telah memerintahkan penangguhan penerbangan langsung ke dan dari daratan Tiongkok pada 5 Februari mendatang, dan telah menghentikan visa kedatangan bagi warga negara Tiongkok.
Baca juga: USD/IDR Mengabaikan Banjir Di Jakarta Karena Menunggu Inflasi Indonesia
“Depresiasi rupiah saat ini lebih disebabkan oleh sentimen negatif sementara dari jatuhnya saham Tiongkok dan dampak depresiasi yuan pada pasar keuangan regional,” kata Hendarsah. “Secara fundamental, stabilitas rupiah akan didukung oleh defisit neraca berjalan yang semakin sempit, tingkat inflasi yang rendah, dan cadangan devisa yang meningkat.”
Aksi jual di saham dan obligasi Indonesia juga berlanjut pada hari Senin karena para investor semakin tegang atas dampak virus corona. Indeks harga saham di Jakarta Composite, yang mencatat kerugian bulanan terbesarnya dalam hampir dua tahun pada bulan Januari, jatuh sebanyak 1,1% pada hari Senin menjadi 5.877,201, mencapai level terendahnya sejak 17 Mei. Imbal hasil obligasi acuan berjangka 10-tahun naik sebesar 5 basis poin menjadi 6,727%.
Sumber: Bloomberg