Greenback dilaporkan makin terjerumus ke level rendah pada berita forex Selasa ini (18/7). Terhadap sebasket mata uang mayor lain, USD menyerah akibat gencarnya aksi jual yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini rupanya berakar dari pesimisme akan prospek kenaikan suku bunga di akhir tahun, dan agenda Presiden AS Donald Trump yang lagi-lagi menemui kegagalan.
Trump Belum Mampu Gantikan Obamacare
Menurut laporan berita forex Investing, Dolar AS melemah setelah upaya Partai Republik untuk menggantikan Obamacare terhempas lagi. Sudah dua kali gagal, hal ini jelas menjadi kemunduran signifikan bagi pemerintahan Trump. Progres mengenai penggantian Obamacare berpengaruh bagi Greenback, karena separuh anggaran dana dari subsidi kesehatan itu rencananya bakal dipakai untuk menyokong potongan pajak yang sudah ‘diteriakkan’ Donald Trump sebagai agenda ekonominya.
Inflasi Dan Retail Meredup, Pasar Mulai Ragu
Kabar buruk dari sektor politik sama sekali tak membantu performa Dolar AS yang sudah bersikap defensif sejak akhir pekan kemarin. Menurut catatan berita forex sebelumnya, USD memang dikecewakan oleh lemahnya laporan inflasi dan penjualan retail. Pasar pun menjadikan indikasi tersebut sebagai dasar keraguan akan terlaksananya kenaikan suku bunga yang masih tersisa satu di akhir tahun ini.
Greenback Makin Terbenam
Menceminkan kekhawatiran pasar akan kondisi pertumbuhan dan kebijakan ekonomi Trump yang tak kunjung terealisasi, investor makin gencar meningkatkan aksi jualnya. Alhasil, pergerakan USD terus saja melanjutkan penurunan. Indeks Dolar AS yang mengukur kekuatan Greenback terhadap 6 mata uang mayor lain terpantau merosot 0.47% ke 94.47. Dilansir dari berita forex Investing, angka tersebut merupakan yang terendah sejak 29 Agustus 2016.
Sementara itu, USD/JPY mendekati level terendah 3 minggu setelah mencatatkan penurunan 0.47% ke 112.09. EUR/USD secara meyakinkan naik 0.66% ke 1.1553, diiringi dengan AUD/USD dan NZD/USD yang masing-masing menorehkan pertumbuhan sebesar 1.63% ke 0.7929 dan 0.46% ke 0.7352.
Di sisi lain, berita forex untuk GBP/USD tidak memperlihatkan penguatan serupa EUR/USD, AUD/USD, dan NZD/USD. Ketika ‘rekan-rekannya’ berhasil memanfaatkan momen pelemahan Greenback, Sterling justru merosot 0.34% ke 1.3010. Insiden ini rupanya disebabkan oleh data inflasi tahunan Inggris yang dalam berita forex terpisah dilaporkan lebih buruk dari ekspektasi.
Menariknya, Pound tidak menjadi satu-satunya mata uang yang “kalah bersaing” dengan Greenback. Dalam berita forex terkait, Dolar Kanada diketahui bernasib serupa, terlihat dari keberhasilan USD/CAD memuncaki level tinggi 14 bulan di level 1.2602.