Rapat yang terselenggara secara rutin dari bank sentral AS, atau disebut juga dengan rapat moneter FOMC yang akan di laksanakan pada di bulan ini pada tanggal 14-15 Desember ini, terlihat menjadi event yang di nantikan banyak orang di dunia ini lebihnya para pelaku pasar dan ekonom. Sebelum pasar sepi selama liburan Natal dan Tahun Baru, maka pertemuan moneter ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk di pahami apa hasilnya nanti. Bukan hanya untuk menantikan seperti apa kebijakan the Fed untuk suku bunga nanti, adapun beberapa sinyal-sinyal dari kebijakan moneter The Fed untuk tahun depan juga menjadi fokus utama.
Adapun perangkat CME Fed Watch berada di saat ini telah memasang persentasi 97.2 % kepada kemungkinan kenaikan pada tingkat suku bunga dari Federal Reserve untuk pekan ini. Rentang tingkat suku bunga yang di harapkan adalah 0,50% sampai 0,75%.
Masih terngiang di dalam ingatan yang ada di tahun lalu, berada di tahun 2015 silam, setelah selama beberapa tahun suku bunga The Fed turun ke 0.00 sampai dengan 0,25 %, setelah itu Janet Yellen dan rekan-rekannya dengan bulat memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin berada di 0,50% untuk pertama kalinya.
Ada 5 hal yang harus di perhatikan di dalam FOMC Desember ini, menutur ekonom Mohamed El Erian dari Bloomberg di antaranya adalah :
1. Fed Rate Hingga 25 basis poin
Kenaikan suku bunga sampai dengan 25 basis poin di kali keduanya setelah selama satu dekade. Dengan kondisi ini dipertimbangkan dari dua factor seperti di antaranya target inflasi di 2% dan full employmen, di tambah dari ekspektasi pasar tengan bunga. Lebih dari itu, kebijakan yang sering di sebut dengna Fed Hike ini diterapkan setelah adanya gejolak yang ada di luar kawasan AS, seperti referendum Italia yang sudah mereda.
2. Tingkat Ketenagakerjaan Dan Tingkat Inflasi
Lebih dari itu masalah dua factor yang menjadi pertimbangan keputusan kenaikan suku bunga, kebijakan moneter bank sentral AS tersebut bisa di pengaruhi karena adanya penurunan pada tingkat pengangguran menjadi 4,6%. Akan tetapi partisipasi tenaga kerja yang sudah turun menjadi 4,6% walaupun lapangan pekerjaan yang baru masih di dalam tingkat solid. Sedangkan itu, dalam hal inflasi sedikit laju inflasi yang sesuai dengan perkiraan pasar, sudah terganjal karena adanya penurunan pendapatan perjam dari beberapa pekerja di sana.
3. Beberapa Kali Kenaikan Suku Bunga di Tahun 2017
Petunjuk selanjutnya, The Fed bisa memberikan kabar akan kemungkinan ada berapa kali kenaikan suku bunga berada di tahun 2017. Bukan masalah untuk antisipasi atas solidnya perekonomian AS ditahun depan, akan tetapi disebabkan prediksi bakal seberapa besar laju inflasi dan pertumbuhan yang sehubungan dengan kebijakan terbaru Donald Trump.
Pertimbangan yang butuh di cerna adalah seberapa aktif kebijakan fiscal AS khususnya jika besarnya belanja infrastruktur, bisa membuat normalisasinya kebijakan moneter jadi lebih pesat lagi.
4. “Blue Dot” The Fed
Titik Biru atau disebut juga dengan Blue Dot FOMC yang di gunakan the Fed untuk mencari indicator ekspektasi para anggota The Fed per individu masalah masa depan suku bunga tidak turun signifikan. Lebihnya lagi sebagian besar mengirakan tidak ada perubahan. Sedangkan ekspektasi pasar memandang bakal terjadi kenaikan.
5. Menunggu Kebijakan Ekonomi Donald Trump
Adanya pengatatan moneter kini masih menjadi pembicaraan yang ramai di pasar, para anggota the Fed sendiri yang sebetulnya lebih memilih untuk menantikan rincian kebijakan Trumponomics. Maka dari itu prediksi kebijakan ke depan pada dasarnya masih tergantung data.
Kendati nuansa pengetatan moneter mendominasi pasar, para anggota The Fed sebetulnya lebih memilih untuk menunggu rincian kebijakan ekonom Trump. Sehingga, prediksi kebijakan ke depan pada dasarnya tergantung pada data.