3 Hal Yang Perlu Diwaspadai Tentang Pertemuan G7 2018
Akhir Minggu lalu, pasar forex tidak bersikap tenang seperti biasanya, karena diramaikan oleh antisipasi terhadap hasil pertemuan negara-negara G7 di Quebec, Kanada. Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Prancis, Inggris, dan Italia adalah negara yang ikut berpartisipasi. Perwakilan Zona Euro pun tak ketinggalan bergabung dalam forum ini.
Tidak seperti rapat G7 di tahun-tahun sebelumnya yang cenderung berdampak medium dan tak terlalu disorot, pertemuan di tahun 2018 yang menandai event ke-44 ini menarik banyak perhatian, karena relasi negara-negara lain dengan AS yang tengah renggang akibat berbagai persoalan. Prancis bahkan menyebut pertemuan ini sebagai G6+1, yang secara tidak langsung menyimbolkan pengucilan AS di antara negara-negara lainnya.
Sebenarnya, apa saja yang perlu diperhatikan dari pertemuan ini dalam kacamata analisa trading forex?
Pembahasan Tentang Bea Impor
Masalah perang dagang yang melibatkan AS sebagai pusat konflik telah menjadi kekhawatiran global dalam beberapa bulan ini. Meski yang paling disorot adalah perseteruan antara AS-China, penerapan bea impor oleh Presiden Donald Trump juga berimbas pada negara-negara Zona Euro, juga negara tetangga AS seperti Kanada dan Meksiko.
Topik ini kemungkinan besar akan disinggung dalam pertemuan G7. Para pemimpin negara G7 selain Trump bisa menggunakan kesempatan ini untuk mempertanyakan kebijakan Presiden AS tersebut untuk menerapkan bea impor atas aluminium dan baja. Jika terjadi perdebatan dan pertentangan, pasar akan semakin fokus untuk melihat apakah para pemimpin negara G7 memiliki kemampuan untuk ‘melunakkan’ Trump.
Pasangan mata uang yang kemungkinan besar terdampak oleh isu ini adalah USD/CAD dan USD/JPY. EUR/USD juga bisa terimbas bila perwakilan Zona Euro turut berbicara tentang kesiapannya membalas bea impor AS.
Kesepakatan Iran
Dalam sebuah manuver yang cukup mengejutkan pasar, Donald Trump menarik AS dari kesepakatan Iran dan berpotensi membuat negara tersebut kembali dikenai sanksi. Pencegahan bom nuklir Iran disebut-sebut sebagai alasan Trump untuk tak lagi mentoleransi keringanan sanksi internasional terhadap Iran.
Namun demikian, negara-negara Eropa yang terlibat dalam penandatanganan perjanjian ini bersikukuh untuk mempertahankan kesepakatan, dan dikabarkan berupaya keras menekan AS agar tidak keluar dari perjanjian. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengekspresikan keinginannya untuk menyelesaikan perkara ini. “Saya tentu saja akan berbicara pada Presiden AS tentang masalah terbaru, terutama yang terkait dengan Iran,” ujarnya.
Di sisi lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkonfirmasi jika ia bakal absen menandatangani kesepakatan bersama, apabila tidak ada progres yang tercipta dari perjanjian nuklir Iran.
Dolar AS menguat pesat setelah Donald Trump menarik AS dari kesepakatan Iran bulan Mei lalu. Namun dengan banyaknya ketidakpastian yang membayangi Greenback saat ini, efek yang sama belum tentu bisa terulang kembali, apabila konflik ini masih belum menemukan solusi di akhir pertemuan G7. Belum lagi, masalah Iran jelas bisa berpengaruh terhadap harga minyak, yang pada gilirannya nanti juga berdampak pada Dolar Kanada.
Potensi Kesepakatan Bersama
Dalam ulasan di topik sebelumnya, telah disiratkan bahwa Presiden Prancis mungkin tidak akan menandatangani kesepakatan bersama. Kesepakatan yang dimaksud adalah joint statement yang sedianya bakal ditangani oleh semua pemimpin negara anggota di akhir pertemuan G7, sebagai simbol atas persetujuan semua anggota atas semua keputusan rapat yang dihasilkan.
Namun demikian, sangat kecil kemungkinan hal itu bisa terlaksana tahun ini. Selain Emmanuel Macron yang sudah menyiratkan keengganannya, Trump dikabarkan sudah memutuskan jika ia tak keberatan untuk tidak menandatangani kesepakatan besar; sebuah tindakan yang mensinyalkan keberanian AS untuk melangkah sendiri. Langkah ini kabarnya diputuskan setelah Jerman dan Prancis mengancam tidak akan menandatangi joint statement apabila AS tidak mempertimbangkan kelonggaran kebijakan.
Aksi saling gertak ini tak ayal menyulut tensi antar negara yang cukup meresahkan pasar. Siapapun pihak yang unggul, akan ada aset yang terhempas dan terangkat naik.