Perkembangan Pasar Sterling, Euro, dan Dolar Australia
Perkembangan Pasar–Sterling Inggris meningkat sebelum adanya ‘badai’ Brexit, Euro bertahan, Dolar Australia berkinerja buruk
Sterling Inggris
Menjelang proses pemungutan suara yang penting bagi Brexit yang akan dilakukan besok malam, Sterling tampaknya sedikit menguat pada pagi ini. Meskipun sebagian besar pasar mengharapkan bahwa kesepakatan Perdana Menteri Theresa May akan ditolak, tetap akan timbul berbagai macam pertanyaan, seperti, seberapa banyak dampak dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sejauh ini, harapannya adalah bahwa PM May akan kehilangan lebih dari 100 suara, dari suara yang diperlukan senamyak 320 suara, sehingga kemungkinan yang dapat terjadi selanjutnya adalah diadakannya referendum kedua hingga pemilihan umum.
Baca juga: Sterling Memberikan Harapan untuk Hasil yang Lebih Baik
Akibatnya, poin volatilitas opsi selama satu minggu bergerak ke break even straddle 200 pip. Kenaikan Sterling pada hari ini sebagian besar disebabkan oleh pidato PM May, yang mana dalam pidatonya ia menyoroti hasil yang paling mungkin terjadi jika kesepakatannya tidak disetujui maka tidak akan ada Brexit sama sekali, sebuah hal yang bertentangan dengan Brexit tanpa kesepakatan.
Euro
Data EZ terus memburuk dengan angka produksi industri terbaru mencetak penurunan yang cukup besar. Akibatnya, hal ini memicu kekhawatiran munculnya resesi teknis. Meskipun pembacaan grafik pada hari ini tidak sepenuhnya mengejutkan, mengingat perkembangan Jerman dan Perancis pada minggu lalu, Euro tampaknya tetap bertahan. Euro telah diberikan beberapa dukungan, menyusul adanya perubahan kebijakan dalam pemikiran The Fed yang mana sebaran AS-DE 2 yr terus bangkit kembali, sekarang meningkat hingga mencapai di -313bps dari -360bps pada bulan November lalu.
Dolar Australia
Aussie pada pagi ini memiliki kinerja yang buruk, menyusul munculnya data perdagangan Tiongkok yang buruk. Data terbaru menunjukkan penurunan yang mengejutkan untuk sektor impor Tiongkok sebesar 7,6%, dengan ekspektasi kenaikan sebelumnya sebesar 5%, sementara sektor ekspor telah turun sebesar 4,4%, dengan perkiraan kenaikan sebesar 3%. Akibatnya, kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok kembali muncul dengan perselisihan perdagangan antara AS dan Tiongkok yang menambah risiko penurunan yang sedang dihadapi perekonomian Tiongkok saat ini.
Sumber: dailyfx.com