Inflasi AS Capai Target, Apa Artinya Untuk Kebijakan The Fed Dan Harga Emas?
Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang menjadi tolak ukur inflasi berhasil mencapai target 2 persen The Fed di semua lini. Pertama-tama, indeks PCE (Personal Consumption Expenditure) yang hanya mengukur persentase perubahan harga di tingkat konsumen individual telah menguat ke 2.3 persen dalam basis tahunan. Sementara itu, inflasi inti menyentuh 2 persen untuk pertama kalinya sejak April 2012.
Data CPI utama juga menanjak ke level 2.9 persen dalam basis tahunan, kisaran tertinggi sejak tahun 2012 lalu. Indeks Core CPI ikut naik dan berakhir di level 2.4 persen, dalam laju pertumbuhan yang belum pernah terjadi sejak era resesi.
Grafik di bawah ini menunjukkan perbandingan CPI tahunan (garis biru) dan Core CPI (garis merah), dari Juni 2008 hingga Juni 2018.
Lantas, apa artinya pencapaian-pencapaian ini bagi langkah The Fed dan pasar emas yang bisa dicerna dalam analisa forex? Akselerasi dalam laju inflasi di atas menunjukkan bahwa tekanan inflasi sudah stabil. Harga mulai naik sejak 2014, tepatnya ketika masih berkubang dalam zona deflasi. Sejak saat itu, inflasi konsisten meniti Uptrend hingga target 2% The Fed tercapai saat itu.
Tak hanya itu, PPI (Indeks Harga Produsen) YoY meningkat ke 3.4 persen dalam basis tahunan, level tertinggi dalam hampir 7 tahun. Sebagai informasi, PPI juga dianggap penting dalam analisa forex fundamental, karena kenaikan harga di tingkap produsen juga nantinya akan dibebankan ke konsumen.
Momentum Kenaikan Inflasi Belum Akan Melambat
Menurut analisa forex Arkadiusz Sieron dari Sunshine Profits, inflasi AS masih memiliki tenaga untuk naik lebih tinggi, karena ada dukungan dari penguatan harga energi yang terus menanjak dan mencatatkan kenaikan sampai 12 persen di bulan Juni. Dalam analisa forex pada umumnya, harga energi memang berkorelasi positif dengan harga minyak yang dalam beberapa bulan terakhir mencetak tren bullish.
Dalam chart di atas, indeks harga energi ditunjukkan dengan garis biru dan dinyaakan dalam persentase perubahan tahunan, sementara harga minyak WTI diwakili oleh garis merah dan dinyatakan dalam persentase perubahan tahunan. Grafik tersebut menghimpun data dari periode Juni 2008 hingga Juni 2018.
Baca juga : Analisa Forex GBP/USD: Menatap Prospek Setelah Kejatuhan Inflasi Juni
Selain karena harga energi yang masih positif, performa inflasi AS juga disokong oleh pengetatan dalam pasar tenaga kerja dan harga-harga Input yang menunjukkan kenaikan. Analisa forex para pakar pun optimis dengan prospek kenaikan inflasi lebih lanjut dalam bulan-bulan mendatang.
The Fed Tak Akan Mengubah Arah Kebijakan
Yang perlu dicermati para investor dari situasi ini adalah, The Fed sudah mengestimasi jika inflasi akan terus naik melebihi target mereka. Dengan demikian, bank sentral AS tak akan diresahkan oleh risiko inflasi yang terlalu tinggi jika levelnya sudah melebihi target 2 persen.
The Fed juga tak akan mengubah kebijakan secara drastis, tapi kemungkinan bisa terpacu untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga. Hal ini bisa meresahkan pasar, karena penerapan Rate Hike yang demikian dapat melemahkan Yield Curve.
Bagaimana Dengan Emas?
Umumnya, inflasi yang terus meninggi akan membuat harga emas bersinar. Namun menurut analisa forex dari Sunshine Profits, skenario tersebut tak akan terealisasi dalam kasus ini, karena ada 3 faktor yang melatarbelakangi. Pertama, inflasi AS tidak naik pesat dalam waktu singkat, tetapi menguat secara bertahap. Hal ini berkebalikan dengan kondisi bullish emas yang biasanya mengiringi kenaikan tajam inflasi.
Kedua, kondisi Full Employment yang sudah hampir tercipta membuat The Fed lebih responsif terhadap perubahan inflasi. Artinya, bank sentral akan lebih mudah untuk mempertimbangkan kebijakan moneter ketat, sehingga harga emas rentan tertekan oleh hawkish The Fed.
Baca juga : Arti Penting Kritikan Donald Trump Untuk The Fed
Ketiga, kenaikan inflasi AS juga diiringi oleh penguatan GDP. Jadi meskipun harga-harga terus meningkat, tidak ada risiko stagflasi yang perlu diresahkan, paling tidak dalam waktu dekat. Dengan demikian, perekonomian AS masih bisa mendukung pertumbuhan global, dan mengecewakan asa bull emas yang biasanya mengambil celah sebagai safe haven dari ketidakpastian global.
“Pasar logam kuning sangat senang dengan kombnasi inflasi tinggi dan stagflasi ekonomi. Harga konsumen terus tumbuh, tapi inflasi akan teredam. Dan ekonomi saat ini jauh dari kata stagnan - Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlihatkan tanda-tanda penguatan dalam laju tercepat sejak era resesi. Akhir kata, inflasi masih bisa menguat lebih lanjut di waktu mendatang, tapi jangan ekspektasikan harga emas untuk ikut mengekor naik,” tutup analisa forex Arkadiusz Sieron dari Sunshine Profits.