Ramalan Pelemahan Pertumbuhan Penimbangan Saham Indonesia, Rupiah
- Rupiah melemah 6% tahun ini, sementara saham telah merosot 11%
- Pemerintah tabah menghadapi pertumbuhan ekonomi yang merendah setelah kenaikan tarif dasar
Nilai mata uang dan saham Indonesia berlanjut merosot pada hari Selasa silam ditengah-tengah kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi yang mungkin melemah karena gerakan Bank Sentral yang agresif mengenai tarif bunga pinjaman.
Rupiah jatuh menjadi 14.455 per dolar pada 11:45 a.m di Jakarta, yang merupakan nilai terlemah sejak Oktober 2015, ketika Jakarta Composite Index jatuh menjadi 5.668,250, setelah jatuh sebanyak 1,8 persen dari nilai terendahnya sejak Mei 2017. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkata pada badan legislatif pada hari Senin silam, bahwa pemerintah akan tabah menghadapi pertumbuhan ekonomi yang merendah setelah Bank Indonesia meningkatkan tarif 100 poin basis sejak Mei 2017.
“Pelemahan rupiah masih merugikan sentimen di pasar Indonesia secara keseluruhan, terutama dalam kewajaran akibat trade war yang sedang berlangsung menekan inflasi yang lebih tinggi, yang mungkin akan menuju kenaikan tarif bunga pinjaman dan akan berpengaruh buruk bagi ekonomi dan pasar modal,” kata John Teja, direktur PT Ciptadana Sekuritas Asia di Jakarta. “Terdapat juga kekhawatiran akan kenaikan tarif bunga pinjaman yang mungkin tidak akan pernah cukup untuk menopang pasar, kecuali apabila para pengatur regulasi mengeluarkan aturan lainnya yang baru untuk mencegah perlambatan pada bidang ekonomi selanjutnya.
Bank Indonesia mengejutkan para ahli ekonomi dengan peningkatan 50 poin basis pada Jumat silam yang bahkan lebih besar daripada ramalan sebelumnya, pada puncak dari peningkatan dua tarif di bulan Mei bermaksud untuk menghentikan kemunduran nilai mata uang. Rupiah kehilangan 6 persen dibandingkan dolar tahun ini, menjadikan performa Indonesia menjadi negara terburuk ke tiga di Asia ketika indeks saham acuan jatuh 11 persen per tahun hingga saat ini.
Sumber: bloomberg.com