Reli Bullish Dolar AS di bulan-bulan terakhir 2016 merupakan kejutan bagi sebagian besar pelaku pasar, terutama karena posisi mata uang ini cenderung konsolidasi selama nyaris dua tahun sebelumnya. Di luar dugaan, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke-45 menjadi pemicu signifikan. Nah, bagaimana dengan analisa forex untuk Dolar AS di tahun 2017 mendatang?
Trump dipandang sebagai kandidat yang akan membawa perubahan besar bagi AS dengan berbagai janji-janji kampanye-nya. Termasuk diantaranya adalah program stimulus fiskal masif dan renegosiasi perjanjian-perjanjian dagang internasional. Hal-hal itu diterjemahkan oleh pasar sebagai forecast pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan laju kenaikan suku bunga lebih cepat oleh Federal Reserve. Apresiasi Dolar AS di tahun 2017 sepanjang kuartal pertama pun dilandasi oleh faktor-faktor tersebut atau “takdir lain yang lebih dramatis” di sistem finansial, demikian disampaikan oleh Jamie Saettele dari DailyFX dalam catatannya baru-baru ini.
Ekspektasi Tinggi Terhadap Trump
Menurut Saettele, meski ekonomi AS tidak melaju begitu cepat, tetapi terbukti tangguh selama bertahun-tahun sementara ekonomi-ekonomi besar dunia lainnya goyah. Dalam situasi di mana minat akan imbal hasil tinggi, maka ekonomi kompetitif yang salah satunya ditampilkan melalui kesiapan bank sentral menaikkan suku bunga, bisa menarik aliran modal lebih segar. Janji Trump untuk meluncurkan stimulus fiskal pun diharapkan bisa memperkuat ekspansi ekonomi hingga semakin kontras dengan negara-negara lain yang dilanda stagnasi. Terlepas dari apakah rencana itu akan disetujui atau tidak dan bagaimana detailnya, antisipasi spekulan pasar kini telah memperhitungkannya.
Namun, ada janji Trump lain yang tak kalah signifikan bagi Dolar AS di tahun 2017. Yaitu janjinya untuk mengkonfrontasi “perjanjian dagang tak adil”. Dalam hal ini, penetapan tarif impor dan pembebasan pajak ekspor termasuk diantara dua opsi yang beredar. Upaya ini bisa membawa risiko besar bagi Amerika Serikat dan negara-negara terbesar dunia lainnya.
Amerika Serikat adalah negara konsumen terbesar, dan langkah memangkas ekspor partner-partner dagangnya menjadi ancaman serius bagi perekonomian lain. Apalagi jika ekonomi terbesar nomor satu dan nomor dua dunia (AS dan China) terlibat dalam pergumulan perang dagang, maka imbasnya bisa melebar ke lebih dari sekedar dua negara ini saja. Dalam situasi itu, maka laju pertumbuhan AS bisa terdampak dan daya tarik Dolar pun kemungkinan berkurang.
Di saat yang sama, janji Trump terkait pemangkasan pajak yang diharapkan bakal menarik investasi kembali masuk ke Amerika Serikat malah tak diperhitungkan oleh pelaku pasar kawakan. BNP Paribas secara eksplisit menyatakan tak memperhitungkannya dalam analisa forex atas Dolar AS, karena proses reformasi pajak akan panjang dan berbelit-belit, serta repatriasi dana korporasi AS dari kawasan offshore akan memakan waktu jauh lebih lama lagi. Sedangkan Morgan Stanley mempertanyakan apakah pemangkasan pajak bisa mengimbangi dampak apresiasi dolar terhadap para eksportir dan importir AS. Apalagi, apresiasi yang diproyeksikan terjadi pada Dolar AS di tahun 2017 awal boleh jadi justru disambut baik oleh negara-negara seperti Jepang, Korea, dan Zona Euro.
Spekulasi Kenaikan Suku Bunga FED
Janji ekonomi yang lebih tangguh bisa menarik investasi dan mendorong apresiasi Dolar AS di tahun 2017, tetapi menurut Saettele, ekspektasi return praktis dihadirkan oleh spekulasi kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga FED pada bulan Desember ini yang disertai dengan ekspektasi hawkish lanjutan hingga tahun 2019 tak bisa dianggap remeh.
Sepintas nampaknya pasar sudah memperhitungkan faktor-faktor fundamental ini dengan Dolar AS berada di posisi tertinggi 14 tahunnya, tetapi sebenarnya masih banyak peluang gain. Menurut FED Funds Futures, pasar baru memperhitungkan kenaikan sekitar 50 basis poin hingga akhir tahun 2017, di bawah forecast Federal Reserve yang sebesar 75 basis poin. Apabila data dan pidato para pejabat FED terus mendukung outlook hawkish, maka ekspektasi bisa memuncak dan kembali mendukung Dolar AS. Sebaliknya, jika FED mulai berupaya mangkir, maka skeptisme bisa mengikis ekspektasi yang sudah ada dan menjadi dasar kuat untuk pembalikan harga.