Analisa Dolar. Berbeda dengan perkiraan minggu lalu, Indeks Dolar AS (DXY) ternyata justru merosot makin jauh hingga ke kisaran level 94.00 pada hari Jumat (21/September). Saat ini posisinya telah berada di bawah garis Moving Average 50-Day maupun 100-Day, sementara RSI telah tembus ke bawah ambang 50.0; walaupun tidak sampai terbentuk Death Cross.
Banyak faktor yang ikut andil dalam pelemahan Dolar AS tersebut. Faktor paling utama bersumber dari diterapkannya bea impor baru atas Tiongkok oleh Presiden AS Donald Trump. Di luar dugaan pasar, Beijing kali ini justru menanggapinya dengan kalem. Mereka tetap menerapkan bea impor balasan bagi Amerika Serikat, tetapi hanya 10 persen, bukan 25 persen seperti sebelumnya.
Baca juga : Dolar Naik Sementara Sterling Merosot
Selain itu, Perdana Menteri Li Keqiang juga menjamin bahwa mereka takkan mendevaluasi Yuan dan menggunakannya sebagai amunisi dalam perang dagang ini. Bahkan, beredar rumor bahwa Tiongkok akan memangkas bea impor rata-rata bagi mayoritas negara partner dagangnya; hal mana akan buruk bagi perusahaan-perusahaan multinasional AS.
Kabar tersebut cenderung buruk bagi Dolar AS yang sebelumnya telah banyak menguat lantaran dana dari para investor yang takut akan dampak perang dagang malah berpindah ke AS. Sebelumnya, hal itu dipandang logis karena AS akan menderita dampak lebih ringan ketimbang Tiongkok dalam kondisi perang dagang, sebab ketergantungan ekonominya pada ekspor lebih kecil. Akan tetapi, kini pasar mulai menimbang kemungkinan kalau labilnya Presiden Trump bisa jadi lebih destruktif bagi AS ketimbang negara-negara lain yang diajak konflik olehnya.
Pekan ini, isu perang dagang agaknya akan sedikit mereda, dikarenakan perhatian pasar terpusat pada rapat dewan kebijakan moneter bank sentral AS yang lazim disebut Federal Open Meeting Committee (FOMC). Rapat tersebut akan diselenggarakan antara 25-26 September mendatang, dengan pengumuman hasil rapat disampaikan pada Kamis, 27 September 2018 dini hari (01:00 WIB). Bagaimana proyeksi pergerakan Dolar AS berikutnya berdasarkan event penting tersebut?
Secara umum, ada empat kemungkinan:
1. Apabila FOMC mengonfirmasi kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin (bps), maka dampaknya akan netral bagi Dolar AS. Ini karena mayoritas pelaku pasar sudah memperhitungkan kemungkinan tersebut sejak awal tahun.
2. Apabila FOMC mengonfirmasi kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 bps dan mengindikasikan laju kenaikan lebih cepat dalam waktu dekat, maka dampaknya akan bullish bagi Dolar AS.
3. Apabila FOMC mengonfirmasi kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 bps, tetapi mengindikasikan ada alasan untuk menunda atau memperlambat kenaikan berikutnya, maka dampaknya akan bearish bagi Dolar AS.
4. Apabila FOMC batal menaikkan suku bunga lagi atau mengumumkan kenaikan dalam besaran lebih kecil dari 25 bps, maka dampaknya bisa mendorong terciptanya Death Cross antara MA-50 dan MA-100 pada DXY, serta memicu aksi jual USD pada pair-pair mayor.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kemungkinan bearish USD lebih besar ketimbang bullish. Namun, pada hari Jumat, trader juga perlu mewaspadai jadwal pidato pimpinan FOMC, Jerome Powell (03:30 WIB) yang bisa jadi memperparah atau membatalkan efek pengumuman FOMC hari Kamis.
Baca juga : Dolar Melemah dan Sterling Menguat
Sebelum pernyataan FOMC diumumkan, pergerakan Indeks Dolar AS akan cenderung terbatas (sideways), sehingga biasnya netral. Pergerakan pada pair-pair mayor akan lebih banyak dipengaruhi oleh bias mata uang lainnya, seperti perkembangan isu Brexit bagi GBP dan EUR; pidato Haruhiko Kuroda bagi JPY (Selasa, 12:35 WIB); serta rilis Neraca Perdagangan bagi NZD (Rabu, 05:45 WIB).