Persaingan antara China dan Amerika Serikat bukanlah kabar baru. Namun, langkah-langkah agresif pemerintahan Presiden Donald Trump memicu pecahnya Trade War pada bulan Juli 2018 yang efeknya meluas kemana-mana. Pasar saham di berbagai negara rontok dan pasar forex pun merasakan dampak Trade War. Di pasar forex, penguatan Dolar AS yang berlangsung sejak pertengahan April telah terhenti; giliran sejumlah mata uang lain terapresiasi.
Latar Belakang Trade War
Amerika Serikat dan China telah menjalin kerjasama dalam berbagai bidang, tetapi sebenarnya keduanya merupakan pesaing berat dalam memperebutkan dominasi dunia. Konflik dalam bidang perdagangan baru muncul setelah China tak lagi mengejar pertumbuhan dalam negeri, melainkan berupaya melesatkan industri teknologinya dengan menyalin teknologi negara-negara lain, termasuk AS.
Dahulu, AS menikmati kondisi nyaris monopoli di bidang teknologi. Namun, tindakan China menjiplak teknologi-teknologi tinggi AS dan kemudian menjual produk-produk high-tech dengan harga murah, dianggap menginjak-injak kepentingan AS. Presiden Donald Trump berusaha mengancam agar China kembali membayar mahal untuk menggunakan teknologi AS, dengan cara memberikan “penalti” berupa bea impor atas barang-barang China yang didatangkan ke AS. Namun, penerapan bea impor itu justru meluas. Masalahnya ada empat:
1. Sebagian besar bea impor dikenakan oleh AS atas barang-barang yang tak ada hubungannya dengan perkara awal.
2. Sebagian ekspor China ke AS mencakup bahan-bahan baku dan setengah jadi yang dibutuhkan oleh berbagai industri AS.
3. China tak tinggal diam, melainkan justru balas menetapkan bea impor atas produk-produk AS yang didatangkan ke China.
4. China merupakan pasar utama bagi produk-produk agrikultur AS, tetapi AS bukanlah satu-satunya mitra dagang China.
Saat ini, AS dan China telah menyusun daftar berisi produk-produk yang kena bea impor masing-masing senilai lebih dari USD50 Milyar. Daftar tarif AS diisi produk-produk seperti Besi, Mesin-mesin, dan lain sebagainya. Sedangkan daftar tarif China memuat produk-produk agri, termasuk sayur-mayur dan daging.
Baca juga : Analisa Forex Menjelang Rilis GDP Amerika Serikat 27 Juli 2018
Dengan setting demikian, maka sektor agri AS bakal terpukul paling berat sebagai dampak Trade War ini. Akan tetapi, jika dilihat dari kontribusi perdagangan bagi GDP, maka China bisa jadi terkena efek lebih berat. Berdasarkan data tahun 2016, perdagangan berkontribusi sebesar 37% dari GDP China, padahal sektor yang sama hanya menyumbang 27% bagi GDP AS.
Dampak Trade War Terhadap Forex
Pertama, China akan terkena dampak Trade War yang paling buruk. Pertumbuhan ekonomi yang seret sejak tahun 2016 boleh jadi melambat lebih lanjut. Namun, bank sentral China (People’s Bank of China) dikenal lazim melakukan intervensi atas nilai tukar mata uangnya, sehingga efeknya bagi Yuan akan minimal. Alih-alih, mata uang negara-negara mitra dagang China lain seperti Dolar Australia (AUD) dan Dolar New Zealand (NZD) bisa terimbas. Pasalnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi China dapat menyusutkan permintaan atas barang-barang yang diekspor kedua negara itu.
Kedua, volatilitas Dolar AS kemungkinan meningkat, tetapi belum tentu berefek pada pelemahan lebih lanjut. Sementara ini, pelaku pasar memang ragu untuk memegang Dolar AS. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan Federal Reserve yang cenderung menaikkan suku bunga justru bakal lebih berdampak. Pelemahan Dolar AS baru akan terjadi bila pertumbuhan ekonomi domestik jelas-jelas jatuh dan Federal Reserve gagal menaikkan suku bunga sesuai ekspektasi.
Baca juga : Guncangan Bisnis Jepang di Tengah Kekhawatiran Perang Dagang
Ketiga, volatilitas Yen Jepang (JPY) dan Franc Swiss (CHF) akan terdongkrak karena status mereka sebagai mata uang safe haven. Pelaku pasar cenderung memilih mata uang safe haven ketika ada gejolak finansial, termasuk saat dampak Trade War menyebar. Namun, Jepang dan Swiss masih menjalankan kebijakan moneter longgar (suku bunga super rendah), yang jelas kalah menarik bagi investor jika dibandingkan dengan AS. Karenanya, penguatan kedua mata uang itu masih belum terjamin; tetapi trader dapat memanfaatkan berbagai peluang trading yang pasti bakal muncul lebih sering di tengah meningkatnya fluktuasi pasangan USD/JPY dan USD/CHF.