Jika Perang Dagang Berkobar, Siapakah Yang Akan Menang?

Isu perang dagang dalam beberapa minggu terakhir telah mendominasi headline di laman-laman berita forex. Para investor khawatir jika bea impor baru yang diterapkan AS bisa memicu ‘serangan balik’ dari negara-negara ekonomi mayor. Kabar baiknya, perilaku harga terbaru telah menunjukkan apa yang bisa diharapkan dari pasar finansial, seumpama perang dagang jadi berkobar.

Pembicaraan mengenai kebijakan perdagangan AS tampak timbul tenggelam dan selalu menyebabkan volatilitas di setiap kemunculannya. Wacana ini mulai menyeruak ketika lebih dari sepekan lalu, pemerintah AS mengumandangkan rencana pengenaan bea impor untuk baja dan aluminium. Tak pelak, berita ini menyebabkan negara-negara maju lain, seperti Zona Euro, untuk berniat melancarkan serangan balasan dengan menerapkan pajak impor terhadap produk-produk AS. Jika tensi terus memanas, banyak pihak khawatir akan risiko perang dagang yang bisa terjadi.

pemenang perang dagang

Untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut, berikut adalah ulasan dari analis XM yang memproyeksikan pihak mana saja yang bisa menjadi pemenang, dan aset apa saja yang berakhir sebagai korban.

Para Korban

A. Dolar Australia dan Dolar Kanada

Dalam spektrum mata uang G10, AUD dan CAD akan menghadapi risiko terparah jika perang dagang benar-benar meletus. Sebagaimana kita ketahui, Australia adalah negara yang perekonomiannya berfokus pada kegiatan ekspor. Adanya ‘lomba’ bea impor tentu akan menciderai perdagangan global. Di samping itu, Australia masihlah sensitif terhadap situasi China, yang juga bakal menderita perlambatan jika perang tarif bea impor benar-benar digalakkan. Anehnya, meski Dolar New Zealand memiliki karakteristik yang sama dengan Aussie, mata uang itu tak terlalu terpengaruh oleh tensi perang dagang.

Selain AUD, Dolar Kanada adalah mata uang yang berasal dari negara pengekspor komoditas. Mengingat partner dagang utama Kanada adalah AS, maka dampak bea impor akan lebih cepat dirasakan oleh negeri tersebut. Meski Kanada bakal mendapat pengecualian dari tarif impor baja dan aluminium, tetapi hal itu juga punya masa berlaku yang bergantung pada progres di pertemuan NAFTA. Paling tidak, demikianlah yang disinyalkan pemerintah AS dari Gedung Putih. Jadi dalam waktu dekat, CAD masih akan rentan terhadap isu negosiasi NAFTA dan risiko pengenaan impor dari negara-negara lain.

B. Mata Uang Negara-Negara Berkembang

Mengingat dependensi sebagian besar negara berkembang terhadap sektor perdagangan, maka mata uang dari negara-negara ini juga akan sangat sensitif terhadap minat risiko para investor. Jika volume perdagangan turun, maka nilai mata uang negara-negara berkembang pun akan mengekor tak lama kemudian.

Salah satu contoh paling nyata adalah Peso Meksiko dan Rand Afrika Selatan. Meksiko dikabarkan bakal mendapat pengecualian seperti halnya Kanada, tapi itu tak serta merta menandakan situasi aman bagi Peso.

C. Dolar AS (Kurang Lebih)

Greenback langsung melemah secara signifikan setelah rencana bea impor diumumkan. Namun meskipun USD kalah telak terhadap mata uang mayor seperti Euro dan Pound, Dolar AS sanggup mengungguli mata uang dari ‘kelas lain’, seperti halnya Rand Afrika Selatan. Bisa disimpulkan, pasar mencerna kebijakan peningkatan proteksi bisa memperlemah ekonomi AS terhadap negara-negara maju, tapi akan mengangkatnya lebih tinggi dari negara-negara berkembang, yang akan menerima kerugian terbesar dari batasan perdagangan global.

D. Pasar Saham Asia

Saham-saham jelas akan menunjukkan performa terburuk, jika perang dagang benar-benar terjadi. Perusahaan-perusahaan akan dihadapkan pada kenaikan pajak dan kesulitan menjual produk secara internasional. Pada akhirnya, profit perusahaan bakal berkurang dan memicu penurunan pada harga saham.

Berdasarkan situasi yang sudah tercermin dari reaksi pasar saham, terlihat bahwa saham-saham Asia menjadi yang paling terpukul, dibandingkan dengan pasar saham Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini wajar, mengingat banyak negara Asia berfokus pada ekspor dan manufaktur. Adanya risiko pengurangan atau penambahan volume perdagangan global tentu akan sangat berpengaruh.

Indeks-indeks saham Jepang seperti Nikkei 225 dan Topix adalah contoh yang terlihat paling menderita. Sejak rencana bea impor AS dikenakan, harga indeks saham Jepang turun tajam. Hal ini mungkin berkaitan dengan Yen yang justru menguat karena karakteristiknya sebagai safe haven.

E. Komoditas Sensitif Seperti Minyak

Beberapa komoditas seperti minyak dianggap berisiko dan sensitif terhadap perubahan minat investor. Melihat sentimen risiko dan kepercayaan yang bakal terkapar jika perang dagang pecah, maka harga minyak juga berada di bawah tekanan. Di lihat dari perspektif lain, bea impor akan membahayakan pertumbuhan ekonomi global, sehingga bisa menghambat permintaan untuk minyak.

Para Pemenang

A. Yen Jepang, Franc Swiss, dan Euro

JPY dan CHF adalah mata uang safe haven yang normalnya naik di kala pasar global dilanda gejolak tak menentu. Kali ini, kedua mata uang itu menunjukkan kebolehannya dengan menguat terhadap USD.

Namun yang lebih mengejutkan di sini adalah kenaikan EUR. Meskipun ada faktor penunjang lain seperti spekulasi hawkish untuk ECB, peningkatan Euro terbilang cukup signifikan, mendekati kemampuan safe haven. Hal ini menarik, mengingat Euro pernah menjadi safe haven di masa lalu. Jika perang dagang terjadi, kemungkinan Euro untuk kembali menjadi safe haven kini terbuka lebar. Apalagi, negara-negara kawasan Euro cenderung berdagang di lingkup mereka sendiri. Sehingga perdagangan global yang berkecamuk tak akan terlalu mempengaruhi pertumbuhan mereka.

B. Logam Mulia (Emas dan Perak)

Sama seperti mata uang-mata uang di atas, logam mulia merupakan safe haven tradisional yang ‘disenangi’ investor, saat keadaan pasar menjadi terlalu riskan. Sifat ini sudah ditunjukkan oleh emas dan perak yang melesat tak lama setelah kebijakan proteksionisme AS diluncurkan.

C. Saham Perusahaan Yang Terlindungi Bea Impor

Perusahaan-perusahaan baja di AS menjadi yang paling diuntungkan, karena kenaikan bea impor bisa membantu mengurangi persaingan perdagangan dalam negeri. Ketika pemberlakuan tarif impor pertama kali disinyalkan Wilbur Ross pada 16 Februari lalu, harga saham US Steel Corporation melambung sebanyak 17% dalam sehari. Kenaikan ini pun tercermin pada saham-saham perusahaan aluminium di AS.

D. Obligasi Pemerintah

Selain Yen, CHF, dan logam mulia, obligasi juga merupakan aset safe haven. Kecuali masyarakat berada dalam situasi ekonomi yang hiperinflasi, maka pemerintah akan selalu mempunyai kemampauan untuk membayar investasi masyarakat. Inilah yang menjadi latar belakang di balik sifat safe haven obligasi pemerintah.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, pemenang sesungguhnya dalam perang dagang itu tidak ada. Mereka hanyalah aset-aset yang bisa mengalami kerugian paling sedikit. Meski kemungkinan perang dagang nyata saat ini masih rendah, sebaiknya tetaplah berhati-hati dengan potensi tersebut. Selalu perhatikan aksi-aksi Zona Euro dan China yang sejauh ini sudah mengindikasikan rencana balasan. Jika mereka berani bertindak, maka AS akan terprovokasi untuk lebih meningkatkan bea impor, dan memulai siklus proteksionisme yang tidak sehat.

Sebaliknya, apabila tensi perang dagang mendingin, maka situasi market yang akan terjadi adalah kebalikan dari ulasan di atas: aset-aset safe haven terjungkal, sedangkan instrumen berisiko dan mata uang komoditas bisa bangkit.

Beberapa pair trading yang perlu diwaspadai karena paling sensitif terhadap isu dagang adalah AUD/JPY, CAD/JPY, dan MXN/JPY.
Baca Juga: Apa Itu Jobless Claim AS Dan Pengaruhnya.

Recent Post

Quotes by TradingView