Masalah Negosiasi Brexit Bisa Benamkan GBP/USD Hingga 10 Persen
Pasangan mata uang GBP/USD tampaknya menghadapi jalan terjal untuk beberapa bulan ke depan. Menjelang berakhirnya penerapan Article 50 pada bulan Maret tahun depan, pemerintah Inggris semakin terdesak untuk merancang negosiasi yang bisa membuahkan kesepakatan dengan Uni Eropa. Ketidakpastian ini membuat sentimen investor terhadap Sterling meredup, sekalipun Bank of Englang baru saja menaikkan suku bunga pada rapat kebijakan Agustus 2018. Bagaimana analisa forex selengkapnya untuk GBP/USD?
Analisa Forex Fundamental GBP/USD
Masalah Brexit telah menjadi faktor penggerak utama GBP sejak referendumnya berakhir dengan kemenangan pihak pendukung pada Juni 2016 silam. Dari saat itu hingga sekarang, GBP/USD telah melemah sebanyak 13 persen.
Baca juga : Analisa GBP/USD Menjelang Super Thursday 2 Agustus 2018
Senin kemarin (6 Agustus), Pound menyambangi level terendah 11 bulan di kisaran 1.2920, karena terseret dampak pernyataan Menteri Liam Fox yang pesimis terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa. Hal ini kembali membuktikan kuatnya pengaruh isu Brexit terhadap sentimen pasar GBP; Sekalipun data ekonomi Inggris diberitakan tengah menguat dan kebijakan BoE berada di jalur pengetatan, Pound tetap tenggelam jika Brexit lagi-lagi menampakkan gejolaknya.
Inggris ingin mencapai persetujuan dengan Uni Eropa sebelum bulan Oktober tiba. Hal ini dimaksudkan untuk memberi ruang pada langkah-langkah penerapan di Parlemen yang biasanya memang bisa memerlukan waktu lama. Meski demikian, fokus utama tetap tertuju pada deadline tercapainya kesepakatan, yakni pada 29 Maret 2019 mendatang.
Menurut analisa forex dari Thanos Vamvakidis, Pimpinan Ahli Strategi Forex G-10 dari Bank of America Merrill Lynch, Sterling akan menjadi mata uang paling menarik untuk ditradingkan karena alasan ini. “Jika tidak ada kesepakatan, Sterling bisa anjlok sebesar 10 persen atau bahkan lebih. Jika ada kesepakatan, apapun itu bentuknya, maka Sterling bisa melesat sebesar 10 persen. Saya kira tidak ada satu pun mata uang lain yang dalam beberapa bulan mendatang bisa mengalami pergerakan seperti ini,” papar Vamvakidis pada CNBC di segmen Squawk Box Europe.
Analisa Forex Teknikal GBP/USD
Untuk saat ini, GBP/USD telah konsisten merosot dalam 3 hari terakhir dan menyentuh dasar terendah 11 bulan. Menurut gambaran analisa forex Melina Deltas dari XM, reli bearish GBP/USD telah membawa harga menembus SMA 20 dan 20, juga mendekati garis Lower Band dari indikator Bollinger Bands (BB) di time frame Daily.
Analisa forex dari sinyal Oscillator menunjukkan hasil beragam. RSI sedikit menguat di zona bearish, sementara Stochastic bersiap melakukan crosiing bullish di zona oversold. Kedua indikasi ini sama-sama mengarah pada peluang kenaikan. Namun demikian, MACD justru memperkuat bias negatif, terlihat dari bar Histogram yang semakin memanjang di area negatif. Garis MACD pun masih melintas di atas bar Histogram saat ini.
Jika para buyer dapat menguasai keadaan di sekitar Lower Band BB pada area 1.2960, maka analisa forex untuk GBP/USD bisa bernada optimis, dengan proyeksi kenaikan mencapai level SMA 20 saat ini di 1.3100, dengan target kenaikan berikutnya di SMA 40 (1.3165). Keyakinan pasar yang menembus level-level tersebut bisa membawa harga terus menguat hingga mencapai zona Fibonacci retracement 23.6% di sekitar 1.3263, yang bertepatan dengan batas Upper Band BB saat ini.
Baca juga : Analisa Forex: EUR/USD Menuju Level Terendah Tahunan
Sebaliknya, analisa forex untuk GBP/USD bisa semakin suram apabila harga terus turun menembus Low 1.2919 dan menuju support 1.2770, yang merupakan level terendah pada Agustus 2017 silam. Jika kembali terjungkal, maka harga dapat menargetkan support berikutnya di 1.2580 (Low Juni 2017).
Dari 2 skenario analisa forex di atas, Melina Deltas lebih berpihak pada Outlook bearish yang menurutnya masih sangat kuat untuk saat ini hingga jangka menengah. Kesimpulannya ini terbentuk dari kegagalan GBP/USD membentuk koreksi bullish kuat pada sesi-sesi sebelumnya.