Dampak Konflik AS-Turki: Peran Dolar, Yen, Franc, Dan Emas Sebagai Safe Haven
Aksi penghindaran risiko tiba-tiba merebak di akhir pekan lalu, tak lain karena kecemasan pasar terhadap risiko global terkait konflik AS-Turki. Meski demikian, kondisi Risk Aversion seperti ini tak serta merta mengangkat beberapa aset yang secara umum disebut sebagai safe haven. Mengapa demikian? Simak analisa forex selengkapnya dalam uraian berikut.
Tak diragukan lagi, pasar finansial telah dihebohkan dengan kejatuhan aset-aset ‘berisiko’ menjelang penutupan minggu lalu. Di saat yang sama, beragam aset safe haven mulai menunjukkan potensi bagi para investor untuk berlindung dari ketidakpastian global. Perubahan drastis ini begitu tiba-tiba hingga dinilai berkontradiksi dengan penurunan aktivitas market dalam beberapa minggu terakhir. Ya, ancaman risiko dari perang dagang, forecast pertumbuhan ekonomi yang semakin memudar, dan normalisasi kebijakan moneter yang menjadi fondasi pemulihan dalam satu dekade terakhir, nyatanya kurang mampu memacu pergerakan pasar dalam laju yang signifikan.
Justru pengumuman sanksi AS terhadap Turki-lah yang kemudian mampu menggerakkan pasar dalam volatilitas besar. Sebelumnya, Turki yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke-17 di dunia sudah berada dalam tekanan, terutama jika melihat posisi Lira yang terus merosot terhadap Dolar AS. Jadi ketika pemerintahan Trump menyatakan sanksi terhadap Turki, tekanan yang dirasakan Lira jadi berkali-kali lipat lebih berat.
Pasar forex menjadi sangat sensitif terhadap lonjakan USD/TRY, karena AS akan menggandakan tarif impor baja dan aluminium Turki. Tindakan ini cukup mencemaskan Bank Sentral Eropa (ECB), yang menilai jika dampak sansksi AS itu tak hanya akan dirasakan oleh Turki, tapi juga bank-bank di area Eropa.
Tak terganggu oleh risiko tersebut, USD/TRY terus melesat hingga mencatatkan kenaikan 16 persen di akhir sesi trading pekan lalu, sehingga memancing perhatian pasar finansial global yang mulai menganalisa dampak konflik geopolitik ini secara mendalam. Berikut adalah grafik performa pasar sejak 1 Agustus 2017 hingga saat ini.
Dolar AS Menguat, Tapi Dibebani Oleh Berbagai Ekspektasi
Sebagai salah satu mata uang safe haven, Dolar merupakan salah satu tujuan investor ketika tensi geopolitik pecah dan menimbulkan keresahan yang menyebar di pasar global. Itulah mengapa, USD/TRY menguat tajam pasca sanksi AS terhadap Turki diumumkan.
Baca juga : Masih Bullish, Dolar Berpeluang Lanjutkan Reli Hingga 5 Persen
Terhadap mata uang lain seperti Euro, Greenback juga menguat secara meyakinkan. Namun di balik pergerakan ekstrim tersebut, analisa forex John Kicklighter dari DailyFX memandang jika kenaikan Dolar merupakan sebuah anomali yang terjadi karena fluktuasi. Jika respon pasar terjadi dalam laju yang lebih bertahap, maka para investor akan bisa mengukur kesesuaian USD sebagai safe haven dengan lebih jelas. Selain itu, Donald Trump telah mengisyaratkan jika ia tak senang dengan penguatan Dolar.
Menurutnya, nilai USD yang melunak akan lebih menguntungkan AS dalam situasi perang dagang. Dengan ekspektasi seperti itu, maka tak heran jika Dolar bisa jatuh tak lama lagi, alias gagal mempertahankan posisinya sebagai aset safe haven yang difavoritkan para pelaku pasar.
Dalam analisa forex teknikal untuk Indeks Dolar di atas, terlihat harga sudah tersudut dalam pola Bullish Pennant, dan berhasil mengkonfirmasi sinyal pola tersebut setelah menembus batas atas dengan candle Bullish yang sangat meyakinkan. Dengan demikian, dalam pandangan teknikal, harga kemungkinan akan terus menguat meski ada Outlook negatif dari analisa forex fundamental di atas.
Yen, Franc, Dan Emas Sebagai Safe Haven Alternatif
Jika pergerakan Dolar merealisasikan skenario penurunan dan memenuhi analisa forex fundamental sebelumnya, maka para investor bisa beralih pada aset safe haven lain. Yen menjadi opsi pertama, karena mata uang ini sudah berhasil menahan laju kenaikan USD dalam sesi trading akhir pekan lalu. Faktanya, USD/JPY menjadi satu-satunya pair mayor yang menunjukkan pelemahan Dolar.
Analisa forex DailyFX tidak terlalu merekomendasikan Yen, karena mata uang ini dinilai kurang stabil sebagai safe haven. Hal itu terlihat dari kurangnya posisi Carry Trade para investor yang didasarkan pada Yen dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, tekanan terhadap Bank of Japan juga menjadi faktor kekhawatiran tersendiri.
Baca juga : Dolar Stabil Kembali, Yen Berusaha Menguat
Pilihan safe haven selanjutnya adalah Franc Swiss (CHF), yang latar politik negaranya membuat mata uang ini sangat bisa diandalkan; Pemerintahan Swiss adalah pihak netral yang tidak memilih sisi manapun saat terjadi konflik global. Meski demikian, para investor belum bisa melupakan ‘tragedi’ Bom SNB yang membuat pair-pair CHF bergerak tak terkendali, dan membuat bangkrut banyak pihak (mulai dari trader hingga broker). Karena itu, analisa forex DailyFX menganggap Franc Swiss tidak lebih baik dari pilihan safe haven berikutnya, yaitu emas.
Meskipun konsisten tertekan karena Dolar AS yang terus menguat dalam beberapa waktu terakhir, emas masih menyimpan potensi kenaikan sebagai safe haven andalan. Jika langkah Risk Aversion sudah memperhitungkan akumulasi risiko perang dagang, sanksi, perang mata uang, dan normalisasi kebijakan moneter, maka emas akan melambung ke level tinggi dan memulihkan diri dari tekanan bearish yang masih menderanya saat ini.