Masih Bullish, Dolar Berpeluang Lanjutkan Reli Hingga 5 Persen
Sempat terkoreksi di hari Kamis (9 Agustus), Dolar AS kembali unjuk gigi di akhir pekan lalu. Dalam analisa forex yang dihimpun setelah kenaikan itu terjadi, penguatan Dolar tercatat mencapai High 13 bulan, naik sebesar 0.25% dari sesi trading di hari sebelumnya. Gerak Bullish ini praktis mengakhiri masa konsolidasi Dolar, yang dalam jangka panjang tampak terbentuk sejak akhir Mei lalu.
Dalam grafik Daily di bawah ini, Indeks Dolar terlihat bergerak dalam range sempit. Jika harga berhasil menembus batas atas range tersebut dengan konfirmasi beberapa candle bullish, maka penguatan tajam Dolar tak terelakkan lagi.
Sebelum memasuki masa konsolidasi, Indeks Dolar menguat tajam dan memasuki apa yang disebut dalam analisa forex Alexander Kuptsikevich dari FxPro sebagai fase reli musim semi. Dengan “penyempitan” harga yang terbentuk sejak akhir Mei, maka tidak menutup kemungkinan harga akan kembali mengulang reli bullish yang terjadi pada musim semi lalu, dengan penguatan mencapai 5%. Terlebih lagi, kenaikan April-Mei kala itu juga didahului oleh pola Triangle yang serupa dengan pola “penyempitan” harga saat ini.
Analisa Forex Fundamental Dolar AS
Menariknya, lonjakan USD pekan lalu tidak disebabkan oleh data ekonomi yang kuat, tapi masalah-masalah pelemahan pada mata uang pesaing Dolar AS. Beberapa contohnya adalah Poundsterling yang masih dirundung ketidakpastian Brexit, Dolar New Zealand yang tertekan oleh kebijakan suku bunga RBNZ, Dolar Australia yang dilanda aksi jual setelah rilis Statement RBA, juga Euro yang masih lesu setelah ECB berkomentar jika proteksionisme AS dapat meningkatkan risiko pertumbuhan global.
Baca juga : Was-Was Pengumuman RBNZ, Dolar New Zealand Melemah
Walaupun begitu, analisa forex atas pergerakan Dolar bukannya bebas sama sekali dari risiko apapun. Presiden Donald Trump sebelumnya telah berkomentar bahwa ia tidak menyukai Dolar yang terlalu kuat dan kebijakan hawkish The Fed. Jadi untuk beberapa waktu ke depan, risiko pelemahan Dolar kemungkinan datang dari pernyataan Donald Trump yang seringkali muncul secara tak terduga.
Rubel Rusia Dan Lira Turki Jadi Korban Terparah
Akhir pekan lalu, pasar dihebohkan oleh rencana sanksi AS terhadap Rusia dan ketegangan geopolitik AS-Turki. Amerika diketahui mengumumkan ancaman sanksi terhadap Rusia, sebagai bentuk ketidaksetujuan atas pembunuhan eks agen Inggris yang dulu pernah ditempatkan di Rusia.
Sementara itu, Donald Trump juga mengecam tindak penangkapan dua warga AS oleh pemerintah Turki. Kedua individu tersebut dituduh terlibat dalam aksi spionase, sehingga memancing perselisihan serius yang bisa meningkatkan tensi ketegangan AS-Turki.
Baca juga : Analisa Forex EUR/USD dan GBP/USD
Masalah-masalah di atas tak pelak membuat USD/RUB dan USD/TRY menguat pesat. Rubel Rusia dan Lira Turki dihajar oleh Dolar AS, hingga masing-masing mengalami penurunan sekitar 6% dan 7.5% dalam waktu kurang dari 48 jam.
Analisa forex pada chart USD/RUB di bawah ini menunjukkan kenaikan tajam setelah harga terkonsolidasi dalam suatu pola Bullish Pennant. Indikator RSI pun menguat hingga mempenetrasi level Overbought 70. Mengingat garis sinyal RSI belum memperlihatkan penurunan, maka harga tidak menunjukkan tanda-tanda pelemahan tren bullish.
Untuk USD/TRY, kenaikan yang menjulang terlihat lebih signifikan. Setelah konsisten naik dalam range terbatas, harga tiba-tiba melesat dengan candle bullish besar, diiringi dengan garis RSI yang membubung hingga melalui level 80. Dengan situasi fundamental yang masih sangat kuat mempengaruhi pasangan mata uang ini, maka analisa forex teknikal menjadi kurang ampuh untuk diterapkan. Rekomendasinya, lebih baik menyingkir dari pasar USD/TRY untuk sementara waktu, sambil menunggu tercapainya solusi atas ketegangan AS-Turki saat ini.