Dolar AS Mendominasi Suku Bunga
2018 dimulai dengan investor mempertanyakan hal yang sama seperti tahun-tahun pasca krisis sebelumnya: Apakah tahun ini akan mengalami kenaikan kembali? Sebenarnya, jawabannya adalah ya, meskipun belum terdapat cadangan harga. Yield AS 10-tahun melonjak pada bulan Januari dan telah terikat sejak saat itu. Sebaliknya, ketika saya menulis pada awal Juli silam, dolar merupakan mata uang yang dominan. Bagaimanapun dolar akan tetap kuat dan menjadi arah yang penting bagi suku bunga.
Satu mata uang pengikat
Sementara dolar telah datar sejak Juni lalu, nilai dolar mencapai tertinggi selama satu tahun pada bulan Agustus dan tetap berada 7% di atas harga terendahnya pada musim semi lalu (lihat grafik di bawah). Dengan kata lain, dolar tetap kuat, khususnya terhadap mata uang negara berkembang.
Sementaran dolar tetap kuat, aset yang sensitif terhadap dolar masih berada dalam tekanan. Dalam banyak hal, semuanya menjadi lebih menantang. Sejak akhir Juni, emas turun kembali sebesar 3,5%. Logam industri, terutama tembaga, memiliki nasib yang lebih buruk.
Baca juga : Analisa Mingguan Dolar dan Pounds 17-21 Sept 2018
Di luar logam, korban utama dolar adalah emerging market (EM). Saham EM berhasil meningkat, tetapi hanya dalam waktu yang singkat, kemudian rally pada bulan Juli, tetapi Indeks Pasar Berkembang MSCI saat ini diperdagangkan pada level terendahnya selama lebih dari setahun. Pada saat yang sama, utang emerging market lokal juga semakin menumpuk, karena mata uang EM terus melemah terhadap dolar. J.P. Morgan GBI-EM Global Diversified Index saat ini turun 6% sejak akhir kuartal kedua dan hampir 14% year-to-date.
Dolar masih terikat dengan perdagangan
Akhir-akhir ini, ketegangan perdagangan terus terjadi, khususnya dalam negara Tiongkok. Potensi tarif impor Tiongkok sebesar $ 200 miliar merupakan risiko dan resolusi jangka pendek yang tampaknya sulit dipahami.
Pada pertumbuhannya, prospek dolar lebih bernuansa. Perekonomian AS tetap kuat di belakang stimulus fiskal dan konsumen yang kuat. Untuk pertama kalinya dalam satu tahun, laporan perkembangan ekonomi AS tidak lagi melampaui perkiraan. Citi U.S Economic Surprise Index akhir-akhir ini berubah menjadi negatif.
Baca juga: Dolar AS Mungkin Meningkat pada CPI
Sebaliknya, sementara pertumbuhan perekonomian Eropa tetap rentan terhadap Tiongkok, berbagai berita buruk tampaknya tetap diabaikan. Tidak seperti AS, Economic Surprise Index Eropa kini kembali berada di wilayah positif.
Mempersempit pertumbuhan ekonomi relatif menunjukkan bahwa dolar mungkin lebih relatif terhadap lonjakan pada musim semi. Jika teori ini membuktikan kasusnya, lebih banyak kisaran dolar terikat yang akan dijadikan bantuan untuk emerging market yang sedang ‘terkepung’. Wild card pun tetap diperdagangkan. Setiap eskalasi lebih lanjut dalam friksi perdagangan kemungkinan akan membuat trader bergegas kembali ke dolar.
Sumber: investopedia.com